Pengumuman
 (1) (1) (1).png)
SELF SERVICE, SAMPAH DAN MAHASISWA
Bagaimana cara menyadarkan mahasiswa bahwa kebersihan lingkungan itu sangat diperlukan?
Mahasiswa merupakan “maha “dari segala “siswa” yang penuh tanggung jawab, kritis dalam berpikir dan bertindak. Namun, mengapa hal sepele seperti ini terus saja terulang? Bukan suatu hal yang besar namun pada akhirnya tetap berdampak pada diri sendiri. Self-service bukan berarti mengajarkan individualisme atau malah gaya kebarat-baratan. Hal ini seharusnya sudah tertanam sejak usia dini.
Usaha mencintai lingkungan dan kebersihan sedari dini dirasa kurang berdampak pada diri—atau malah tidak tertanam pada diri?—hingga banyak maha dari segala siswa menjadi insan cendekia yang malah memperburuk lingkungannya. Memang hal ini tidak secara tiba-tiba berdampak pada diri sendiri, namun bagaimana orang lain?
apa tugas pelayan kebersihan jika self-service ada?
Itu pertanyaan keliru, tetapi seharusnya: bagaimana cara membantu sesama? Bukan, begitu? Sebagai mahasiswa, membantu orang merupakan keharusan. Mahasiswa ditempa untuk dapat berbakti pada masyarakat hingga ke unsur paling utama: sesama manusia.
Ini bukan masalah estetika, melainkan perilaku, sifat dan kebiasaan. Membersihkan limbah milik sendiri merupakan perilaku yang sangat berdampak positif pada orang lain. Dengan hanya menumpuk piring bekas makanan itu merupakan insiatif yang sudah siap diapresiasi. Tingkatan apresiasi akan bertambah ketika bersedia mengantarkan piring bekas makanan kepada penjual dan mengucapkan terima kasih. Tetapi, arahan ini bukan diperuntukkan untuk anak TK atau anak SD, bukan? Mahasiswa tentunya sudah tahu hal semacam ini.
Tak hanya itu, sampah adalah salah satu limbah yang dihasilkan manusia, bagaimana jika sampah berada di depan rumah? Lantai kamar? Atau bahkan tempat yang ingin didatangi untuk melepas penat, tetapi malah muncul di tempat itu? Apakah hal tersebut tidak mengusik? Siapa yang tidak menyukai tempat yang bersih dan nyaman?
Bagaimana fungsi tempat sampah yang setia berdiri di tempat? Bagaimana sampah yang menjadi makanan tempat sampah jarang diberi makan? Sampah berceceran di mana-mana tanpa ada kepedulian dari manusia di sekitarnya. Tidak ada sebuah kemungkinan sampah dapat berjalan sendiri dan masuk pada tempatnya.
Ini saatnya bagi mahasiswa—kita semua—mawas diri. Bagaimana semua yang telah dilakukan dapat berdampak pada diri sendiri dan orang lain serta lingkungan. Sampah berasal dari kita, jika kita tidak memperlakukannya dengan benar, semua akan kembali pada kita. Kesadaran itulah yang merupakan langkah kecil menuju calon cendekia penerus bangsa.
Teks : Elham (Traipenmadas 21)
Editor : Tim Redaksi Prima

MENYOAL KEGIATAN BEM FISIP UNEJ YANG TERLIHAT GEMERLAP, NYATANYA PENUH SISI GELAP
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) merupakan organisasi mahasiswa yang seksi dipandang mata. Begitupun yang terjadi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember (FISIP UNEJ). BEM FISIP UNEJ yang dinahkodai oleh Amiq Iqmal ini sukses menyelenggarakan beberapa kegiatan seperti pelatihan, seminar, Sharing Session dan Volunteer. Hal tersebut memantik ribuan sorotan mata untuk melihat gemerlap kesuksesan setiap kegiatan yang diselenggerakan oleh BEM FISIP UNEJ. Hujan pujian pun dilontarkan oleh berbagai kalangan kepada BEM. Namun, dibalik gemerlapnya kesuksesan tersebut, apakah BEM FISIP telah menjalankan tugas dengan semestinya?
Menilik kegiatan BEM Sabtu, 5 November 2022 tepatnya kegiatan dibawah naungan Kementrian Pergerakan dan Pemberdayaan Gender bertemakan “Sharing Session 4.0 : Speak Your Mind, Even Your Voice Shakes” terdapat cela dalam penyelenggaraannya. Acara tersebut memang terkesan bagus dan responsif terhadap isu terkini, akan tetapi peserta yang sedikit menjadikan acara BEM tersebut antara ada dan tiada alias percuma. Kepada awak redaksi PRIMA, salah satu peserta berinisial ARH mahasiswi Kesejahteraan Sosial mengatakan, peserta kegiatan Sharing Session 4.0 begitu minim. “Saya mengikuti kegiatan yang diadakan BEM sabtu lalu, tapi saya sangat menyayangkan melihat angka partisipan yang tidak menyentuh angka 30 padahal mahasiswa fisip itu banyak sekali”, tukas ARH.
Tidak hanya itu, awak redaksi PRIMA juga menemui mahasiswa lain yang pernah mengikuti kegiatan BEM yaitu kegiatan Pelatihan Proposal PKM pada salah satu rangkaian kegiatan Loka Karya 2.0. Mahasiswa berinisial DA dari jurusan Ilmu Hubungan Internasional mengatakan “ Loka Karya ini termasuk ide bagus yang diinisiasi BEM, akan tetapi sosialisasi yang minim dan terkesan dadakan menjadikan mahasiswa yang mengikuti pun sangat minim.” DA juga mengatakan seiring berjalannya kegiatan peserta PKM pada Loka Karya mengalami penurunan. “ Peserta yang mendaftar terdapat dua puluhan, yang hadir 14 peserta dan mirisnya dipenutupan tersisa 5 peserta saja” Tambahnya. Ini menunjukkan bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh BEM tidak Well-Prepared dan cenderung dadakan. Seolah proker yang mereka rumuskan di awal kepengurusan itu hanya sebuah bentuk gemerlap cahaya bintang, namun tak bisa menyinari malam yang gelap. Banyak, namun tak berisi.
Dari ungkapan dua narasumber tersebut memang terlihat tidak ada masalah yang benar-benar serius. Namun, ketika dicermati ulang periode BEM sekarang memiliki anggota puluhan yang hampir mendekati seratus. Dimana anggota puluhan tersebut? apakah sedang mengerjakan proker lain? Apakah terdapat koisidental kegiatan? Hal tersebut membuktikan bahwasannya BEM saat ini telah menciderai tubuhnya sendiri. “Badan Gemuk” BEM yang merekrut puluhan anggota dari berbagai jurusan bagai patung atau terkesan diam. Bukan serangan dari luar yang yang menjadi ancaman, melainkan kebobrokan internal yang menghancurkan dirinya sendiri.
Ketika awak redaksi PRIMA menanyakan mengenai kegiatan yang kopong pada periode ini, Amiq Iqmal dengan santai menanggapi hal tersebut. “Dari BEM tidak mentargetkan partisipant yang banyak, namun yang kami targetkan adalah bagiamana kajian-kajian kami menjadi wacana kedepan dapat diketahui minimal satu atau dua warga FISIP sekaligus sebagai referensi pada periode selanjutnya”. Tuturnya. “Terkait loka karya itu program unggulan kami, yang kami targetkan adalah bagimana ada wadah yang menjadi inkubator baru dengan mentoring dan lain sebagainya, ada beberapa yang patut dievaluasi ketika ditemukan BEM maupun panitia itu istilahnya promosinya kurang dan lain-lainya kurang, kami mencoba dalam masa transisi ini antara online ke offline minimal ada inkubator karya baru”. Tambahnya.
Kemudian terkait dengan “Badan Gemuk” BEM periode sekarang antara efektif atau tidak, Amiq mengatakan “ Kami diperiode ini berusaha membentuk kepengurusan yang inklusif, yang kami artikan bahwa kami berusaha menyentuh setiap lini” Tuturnya. Ia menanggapi Tidak hadirnya anggota BEM pada saat acara berlangsung tidak menjadi ukuran pokok. “Nah adapun apabila kegiatan tidak diikuti oleh pengurus BEM yang lain itu karena dari pengurus BEM sendiri ada kesibukan yang lain, akan tetapi ketika Pre-Event dan After Event teman-teman anggota BEM turut hadir dan saling memberikan pendapat satu sama lain” Lanjutnya.
(TIM REDAKSI PRIMA)

Tragedi Halloween di Itaewon, Tarik Simpati Dunia Internasional
Beberapa minggu yang lalu dunia internasional dikagetkan dengan peristiwa kemanusiaan di Indonesia yaitu Tragedi Kanjuruhan. Namun, belum selesai duka yang dirasakan, tragedi baru kembali terjadi di Korea Selatan, tepatnya di Itaewon, Seoul. Tragedi di Itaewon terjadi pada perayaan Halloween yang sempat vakum karena pandemi Covid-19. Dalam tragedi kelam tersebut telah merunggut ratusan nyawa.
Menurut saksi yang selamat dari tragedi Halloween, penyebab utama kejadian ini berawal dari penumpukan pengunjung disalah satu gang sempit di Hamilton Hotel, Itaewon. Vakum beberapa tahun menjadikan perayaan ini dinanti-nanti dan mengundang antusias warga Korea Selatan dan warga negara lain untuk merayakan bersama-sama di Itaewon. Saling berdesakan dan dorong di antra pengunjung tidak terhindarkan, akibatnya banyak dari mereka yang mengalami sesak napas dan tak sedikit yang terinjak-injak antar pengunjung.
Tragedi Halloween di Itaewon terjadi pada pukul 22.20 waktu setempat yang menewaskan kurang lebih 153 orang meninggal dunia yang rata-rata berumur 20 sampai 30 tahun. Lonjakan korban yang terus bertambah memicu respon Presiden Korea Selatan Yoon Suk-Yeol. Dilansir dari Kompas.com Presiden Korea Selatan menginformasikan bahwasannya segala hal yang terkait dengan kejadian ini mulai deri perawatan medis korban hingga pemakaman korban yang telah meninggal akan sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah.
Tidak hanya itu, pihak kepolisian telah mengerahkan sebanyak 848 personel, termasuk 346 petugas pemadam kebakaran ke daerah tersebut, untuk segera melakukan penyelidikan apakah bar dan klub di daerah itu mematuhi peraturan keselamatan dan akan mengusut tuntas penyebab pasti tragedi ini.
Tragedi ini juga menarik atensi dunia internasional dengan tanggapan dari berbagai kalangan. Mengutip dari juru bicara CNN Richard Roth di New York, Sekjen PBB Antonio Gutters mengatakan turut prihatin terhadap insiden yang tragis ini. Selain dari Sekjen PBB, sejumlah kepala negara di dunia seperti Presiden Amerika Serikat, Presiden Prancis, dan Perdana Menteri Inggris turut menyampaikan rasa duka mendalam atas tragedi yang terjadi di Korea Selatan. Mereka juga siap untuk memberikan dukungan penuh terkait segala keperluan yang dibutuhkan oleh para korban terluka maupun yang meninggal.
Author: Wilda Aulia
REFERENSI
https://edition.cnn.com/asia/live-news/seoul-south-korea-halloween-10-30-22/index.html