INVESTIGASI KISAH KELAM
Oleh: Nindya Andwitasari
Mahasiswa Sosiologi Fisip, Unej
“Alam mengajarkan setiap Ibu yang melahirkan pasti mengeluarkan darah, Wi. Begitulah pemerintahan baru, juga akan diawali tumpahan darah rahim Ibu Pertiwi”
Siapa sebenarnya Dalang dari kerusuhan, pembantaian, dan pemerkosaan besar-besaran yang terjadi pada tanggal 13-15 Mei 1998? Apa motif mereka melakukan itu terhadap Etnis yang sedikit banyak membantu perekonomian Indonesia selama ini? Lalu apa hubungannya dengan pelengseran Pemerintahan diktator kala itu yang disebut dengan pemerintahan Orde Baru? Bagaimana bisa kasus sebesar itu, hingga saat ini tidak terpecahkan? Bagaimana nasib anak cucu para korban pembantaian sadis itu? Dimana mereka tinggal saat ini? Apakah masih ada semangat Merah-Putih di dalam hatinya? Pertanyaan demi pertanyaan berputar membuat asap pekat dalam pikiran Wikan Larasati setelah ia menerima telfon dari Inge dan melakukan perjalan ke kota dengan sebutan “The City that Never Sleep”. Ya telfon dari Inge, sebutan akrab yang bernama asli Elodie Appolonia Francois seorang pemimpin tertinggi Ordo Kesatria Pemeliharaan Kesucian Bumi itu telah mengantarkan Wikan, Jurnalis ternama Majalah Dimensi ke New York City.
Setelah menginjakkan kaki di New York, tepatnya di depan patung yang masuk kedalam Situs warisan dunia UNESCO untuk bertemu dengan seseorang yang telah mengundangnya, tragedi kecil terjadi yang ia alami di pelataran patung dengan warna hijau mint itu, tak di sangka tragedi tersebut sebagai ucapan selamat datang kepada Wikan yang akan membawa jurnalis muda terbaik majalah Dimensi kedalam hiruk pikuk tragedi-tragedi besar setelahnya terkait kasus investigasinya itu.
Tugas pertamanya di kota kunang-kunang ini adalah menuju Safe House yang entah apa tujuannya datang kesana, ada sebuah kejanggalan, Wikan selama perjalanan menuju tempat tersebut harus menutup matanya, entah apa tujuannya yang ia bisa lakukan hanya menurut, sebab ia adalah tamu undangan disini. Tak disangka sesampainya disana ia bertemu dengan salah satu korban kejadian sadis beberapa dekade lalu itu.
Nemi, wanita cantik, berkulit putih bersih, namun sayang kondisi psikisnya tidak sebaik kondisi tubuhnya, ia diam, tatapan sinis di mata menyiratkan api amarah yang mendalam. Tidak banyak informasi yang ia dapatkan dari Nemi, sebab tak lama dari ucapan sapa Wikan yang lembut dan pelukan hangat yang ia berikan, Nemi mendadak pingsan. Tapi siapa sangka, pertemuannya dengan Nemi lebih membawa teka teki dan petualangan investigasi serta tragedi demi tragedi besar jika dibandingkan dengan tragedi kecil yang ia dapatkan di pelataran monument patung Liberty.
Kecurigaan dan pertanyaan yang timbul setelah pertemuannya dengan Nemi gadis Tionghoa cantik asal Indonesia, ternyata membawa dia bertemu dengan banyak tokoh yang sedikit demi sedikit memberi sinyal jawaban, salah satunya yaitu pertemuannya dengan salah seorang konglomerat Chindo (China Indonesia) di Philadelphia, Papaf sebutan tenarnya dialek yang khas ketika berbicara dengannya, yakni dialek Chindo Semarang sangat kental di dalam tiap kata yang keluar, siapa sangka tokoh tersebut juga ada kaitannya dengan kasus yang di investigasi oleh Esa tentang Rumah Hantu di Tanggerang yang memakan dua korban pembunuhan di dalamnya, kebetulan yang tak disangka.
Kasus ini semakin menarik, tak hanya Papaf, Wikan juga bertemu mantan aktivis 98 yang berperan penting saat tragedi tersebut, Baper lengkapnya Bagus Perkoso, seorang pelaku bom rakitan Tanah Kusir pada tragedi sebelum Reformasi 1998. Tak hanya Baper, dia ditarik oleh semesta untuk bertemu dengan nama besar lainnya. Seperti Jad dan Fir Tionang, saudara kembar seiras yang bisnis dan perangainya sangat licin. Perkenalannya dengan Domohadi Tjouw keponakan papaf yang hampir saja memperkosa Wikan di rumah kabin tepi sungai Schuykill dengan mencampurkan minumannya dengan obat perangsang. Bertemunya dia dengan Donna, sahabat Tabitha Suradipura, wawancaranya bersama Jenderal Zoelini, datangnya Eunice fotografer muda Dimensi yang mengenal baik Oxa.
pertemanan antara tamu dan pengawal pribadi yang ditugaskan oleh Inge untuk Wikan selama di New York City yaitu Natasha yang ia rasa ada kejanggalan, Jam Rolex seri terbaik di dunia yang ternyata palsu, yang di dalamnya terdapat alat penyadap suara yang diberikan Glen, wawancara singakatnya dengan Gentari Mudaris anak dari pembisnis ulung yang juga ikut bermain api dalam kasus Investigasi ini. Semua kejadian dan orang yang ia kenal dalam investigasi ini sangat rumit dan spektakuler, sebab bagi Wikan ini seperti susunan Puzzle yang berserakan, yang semuanya saling terhubung kuat. Petualangan yang ia harus selesaikan demi tugasnya, nama baiknya, rahasia besar Ibu Pertiwi, dan martabat bangsanya di mata dunia.
Novel series karya Akmal Nasery Basral ini sangat apik, bahasa yang mudah dipahami bagi pembaca setianya, alur cerita yang mampu menyulut segala emosi, kejutan-kejutan yang diberikan penulis dalam alur cerita yang membuat pembaca terus penasaran. Latar tempat dan suasana yang tergambar jelas, serta topik yang diangkat menjadi cerita dalam novel ini mampu membuat hati terenyuh dan membayangkan betapa rumit dan sadisnya kedaan dunia dalam melihat suatu tragedi kemanusiaan. Novel ini sangat di rekomendasikan untuk pembaca yang ingin mengenal dunia dan hiruk pikuk dunia hitam dari suatu tragedi di dalam negara dengan bahasa dan pembahasan yang tidak terlalu berat namun mampu menciptakan rasa cinta untuk membaca, namun terdapat beberapa kekurangan, seperti tidak adanya kalimat penjelas dari dialog-dialog pendek yang menggunakan bahasa asing di awal cerita.
Penulis: Akmal Nasery Basral
Penerbit: Republika Penerbit
Tahun Terbit: Cetakan I, November 2021
Tebal: 570 Halaman
ISBN: 978-602-9474-40-4