Pengumuman

It Ends With Us, Proses Mengenal dan Keluar Dari Toxic Relationship

Penulis : Colleen Hoover

Oleh : Nora Jasmine 

Anggota LPM Prima 

Mahasiswa Sosiologi,Fisip, Unej 

Stop the pattern before the pattern breaks you” kiranya menjadi benang merah tentang apa yang dibahas oleh salah satu buku bersampul pink yang sedang ramai diburu oleh pecinta buku-buku Import ini. Berawal dari kisah pahit  Lily yang dibesarkan oleh seorang bapak yang abusive, tidak segan menyiksa ibunya secara fisik dan psikis bahkan didepan matanya sendiri hingga pertemuan manisnya dengan Ryle seorang pria yang ternyata membawa nasib serupa pada Lily dengan apa yang dialami oleh ibunya. Novel ini lengkap membahas naik turunnya sebuah hubungan, bahkan separuh dari buku akan membawa perasaanmu melejit naik bahkan senyum-senyum sendiri dengan kisah perjumpaan Lily dengan Ryle, istilahnya butterfly in my tummy melihat manisnya hubungan mereka. Di saat yang sama, pembaca turut dibawa jatuh dalam ekspektasi-ekspektasi hubungan mereka yang berjalan tidak sesuai dugaan.

Realita hubungan yang toxic terurai dengan jelas melalui perspektif korban dalam novel ini, hingga kita dapat meresapi sedih dan kepahitan yang dirasakan oleh Lily mulai dari suara hati hingga pemilihan aksi dalam menghadapi “ketergantungan” terhadap toxic relationship yang dihadapinya. Buku ini kiranya mengajak kita untuk menyadari, peringatan-peringatan awal hubungan “racun” yang terkadang tidak kita sadari, pola-pola yang muncul dalam hubungan seperti tidak ditepatinya janji, permohonan maaf berujung omong kosong dan aksi-aksi kekerasan fisik yang terus berulang menjadi kebiasaan dari seseorang yang abusive.

Novel  kurang lebih 300  halaman ini menggunakan bahasa Inggris yang cukup sederhana dan mudah dimengerti, sehingga cocok bagi para pemula yang inign membaca buku berbahasa asing. Perlu diketahui, trigger warning novel ini yaitu : domestic abuse, gun violence, mentions of suicide, attempted rape on a pregnant women karenanya, rate usia untuk membaca buku ini perlu ditaati dan dihindari oleh sebagian orang. Akhir kata, selamat mencermati dan memahami bagaimana hubungan toxic itu bisa terjadi melalui kisah Lily. Selamat membaca!

Kincir Waktu

INVESTIGASI KISAH KELAM

Oleh: Nindya Andwitasari

Mahasiswa Sosiologi Fisip, Unej

“Alam mengajarkan setiap Ibu yang melahirkan pasti mengeluarkan darah, Wi. Begitulah pemerintahan baru, juga akan diawali tumpahan darah rahim Ibu Pertiwi”

Siapa sebenarnya Dalang dari kerusuhan, pembantaian, dan pemerkosaan besar-besaran yang terjadi pada tanggal 13-15 Mei 1998? Apa motif mereka melakukan itu terhadap Etnis yang sedikit banyak membantu perekonomian Indonesia selama ini? Lalu apa hubungannya dengan pelengseran Pemerintahan diktator kala itu yang disebut dengan pemerintahan Orde Baru? Bagaimana bisa kasus sebesar itu, hingga saat ini tidak terpecahkan? Bagaimana nasib anak cucu para korban pembantaian sadis itu? Dimana mereka tinggal saat ini? Apakah masih ada semangat Merah-Putih di dalam hatinya? Pertanyaan demi pertanyaan berputar membuat asap pekat dalam pikiran Wikan Larasati setelah ia menerima telfon dari Inge dan melakukan perjalan ke kota dengan sebutan “The City that Never Sleep”. Ya telfon dari Inge, sebutan akrab yang bernama asli Elodie Appolonia Francois seorang pemimpin tertinggi Ordo Kesatria Pemeliharaan Kesucian Bumi itu telah mengantarkan Wikan, Jurnalis ternama Majalah Dimensi ke New York City.

            Setelah menginjakkan kaki di New York, tepatnya di depan patung yang masuk kedalam Situs warisan dunia UNESCO untuk bertemu dengan seseorang yang telah mengundangnya,  tragedi kecil terjadi yang ia alami di pelataran patung dengan warna hijau mint itu, tak di sangka tragedi tersebut sebagai ucapan selamat datang kepada Wikan yang akan membawa jurnalis muda terbaik majalah Dimensi kedalam hiruk pikuk tragedi-tragedi besar setelahnya terkait kasus investigasinya itu.

            Tugas pertamanya di kota kunang-kunang ini adalah menuju Safe House yang entah apa tujuannya datang kesana, ada sebuah kejanggalan, Wikan selama perjalanan menuju tempat tersebut harus menutup matanya, entah apa tujuannya yang ia bisa lakukan hanya menurut, sebab ia adalah tamu undangan disini. Tak disangka sesampainya disana ia bertemu dengan salah satu korban kejadian sadis beberapa dekade lalu itu.

Nemi, wanita cantik, berkulit putih bersih, namun sayang kondisi psikisnya tidak sebaik kondisi tubuhnya, ia diam, tatapan sinis di mata menyiratkan api amarah yang mendalam. Tidak banyak informasi yang ia dapatkan dari Nemi, sebab tak lama dari ucapan sapa Wikan yang lembut dan pelukan hangat yang ia berikan, Nemi mendadak pingsan. Tapi siapa sangka, pertemuannya dengan Nemi lebih membawa teka teki dan petualangan investigasi serta tragedi demi tragedi besar jika dibandingkan dengan tragedi kecil yang ia dapatkan di pelataran monument patung Liberty.

            Kecurigaan dan pertanyaan yang timbul setelah pertemuannya dengan Nemi gadis Tionghoa cantik asal Indonesia, ternyata membawa dia bertemu dengan banyak tokoh yang sedikit demi sedikit memberi sinyal jawaban, salah satunya yaitu pertemuannya dengan salah seorang konglomerat Chindo (China Indonesia) di Philadelphia, Papaf sebutan tenarnya dialek yang khas ketika berbicara dengannya, yakni dialek Chindo Semarang sangat kental di dalam tiap kata yang keluar, siapa sangka tokoh tersebut juga ada kaitannya dengan kasus yang di investigasi oleh Esa tentang Rumah Hantu di Tanggerang yang memakan dua korban pembunuhan di dalamnya, kebetulan yang tak disangka.

 Kasus ini semakin menarik, tak hanya Papaf, Wikan juga bertemu mantan aktivis 98 yang berperan penting saat tragedi tersebut, Baper lengkapnya Bagus Perkoso, seorang pelaku bom rakitan Tanah Kusir pada tragedi sebelum Reformasi 1998. Tak hanya Baper, dia ditarik oleh semesta untuk bertemu dengan nama besar lainnya. Seperti Jad dan Fir Tionang, saudara kembar seiras yang bisnis dan perangainya sangat licin. Perkenalannya dengan Domohadi Tjouw keponakan papaf yang hampir saja memperkosa Wikan di rumah kabin tepi sungai Schuykill dengan mencampurkan minumannya dengan obat perangsang. Bertemunya dia dengan Donna, sahabat Tabitha Suradipura, wawancaranya bersama Jenderal Zoelini, datangnya Eunice fotografer muda Dimensi yang mengenal baik Oxa.

 pertemanan antara tamu dan pengawal pribadi yang ditugaskan oleh Inge untuk Wikan selama di New York City yaitu Natasha yang ia rasa ada kejanggalan, Jam Rolex seri terbaik di dunia yang ternyata palsu, yang di dalamnya terdapat alat penyadap suara yang diberikan Glen, wawancara singakatnya dengan Gentari Mudaris anak dari pembisnis ulung yang juga ikut bermain api dalam kasus Investigasi ini. Semua kejadian dan orang yang ia kenal dalam investigasi ini sangat rumit dan spektakuler, sebab bagi Wikan ini seperti susunan Puzzle yang berserakan, yang semuanya saling terhubung kuat. Petualangan yang ia harus selesaikan demi tugasnya, nama baiknya, rahasia besar Ibu Pertiwi, dan martabat bangsanya di mata dunia.

            Novel series karya Akmal Nasery Basral ini sangat apik, bahasa yang mudah dipahami bagi pembaca setianya, alur cerita yang mampu menyulut segala emosi, kejutan-kejutan yang diberikan penulis dalam alur cerita yang membuat pembaca terus penasaran. Latar tempat dan suasana yang tergambar jelas, serta topik yang diangkat menjadi cerita dalam novel ini mampu membuat hati terenyuh dan membayangkan betapa rumit dan sadisnya kedaan dunia dalam melihat suatu tragedi kemanusiaan. Novel ini sangat di rekomendasikan untuk pembaca yang ingin mengenal dunia dan hiruk pikuk dunia hitam dari suatu tragedi di dalam negara dengan bahasa dan pembahasan yang tidak terlalu berat namun mampu menciptakan rasa cinta untuk membaca, namun terdapat beberapa kekurangan, seperti tidak adanya kalimat penjelas dari dialog-dialog pendek yang menggunakan bahasa asing di awal cerita.

 

Penulis: Akmal Nasery Basral

Penerbit: Republika Penerbit

Tahun Terbit: Cetakan I, November 2021

Tebal: 570 Halaman

ISBN: 978-602-9474-40-4     

Masalah HAM Tak Kunjung Selesai, Pelajar dan Mahasiswa Papua Kembali Gelar Aksi

Sabtu (19/03), kembali digelar aksi damai long march oleh Front Pelajar Mahasiswa Papua Jember (FROPEMAPJE) di depan kantor DPRD Jember. Aksi ini ditujukan untuk mengecam tindak pelanggaran HAM yang tak kunjung berhenti di tanah Papua. selain itu  juga didasari oleh beberapa tuntutan. Diantaranya adalah tuntutan pencabutan terkait Otonomi Khusus yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat Papua serta penolakan Pemekaran Daerah Otonomi Baru. 

Berdasarkan informasi yang didapat, Otonomi Khusus (OTSUS) disebut melahirkan banyak kekerasan terhadap warga Papua. 

 “Kami melihat otsus melahirkan kekerasan-kekerasan ke rakyat Papua, kami ingin otsus dicabut dan pemekaran DOB (Daerah Otonomi Baru) kami tolak.” ujar dari salah satu mahasiswa Papua.

Mahasiswa dan pelajar Papua juga mengecam segala tindak korupsi yang terjadi di Papua akibat adanya OTSUS dan DOB. Ada kekhawatiran masyarakat Papua bahwa OTSUS dan DOB akan menjadi peluang pengerukan kekayaan di tanah Papua. 

“Kami mengecam yang melakukan tindakan korupsi. Kami tidak ingin adanya otsus dan DOB ini menjadi peluang untuk mengambil kekayaan di Papua. Tidak hanya oknum tapi sistem, dari atas ke bawah.” imbuhnya

Berdasarkan keterangan yang didapat, pengusutan tindak korupsi di tanah Papua ini sulit untuk diselesaikan karena lemahnya penegakan hukum di Papua. “Kalo korupsi itu ada pembiaran. Penegakan hukum di Papua memang lemah, ruang demokrasinya tipis dan hukumnya tidak berlaku. Sehingga tingkat kekerasan dan ketidakadilan itu lebih besar di Papua.” tambahnya.

Tidak hanya di Jember, aksi tuntutan ini juga dilakukan di beberapa tempat. Salah satunya adalah di Jayapura. “ Teman-teman di daerah lain itu sudah, pertama kemarin itu di Jayapura,” Ungkapnya. (Dhav)

 

Tak Ada Kejelasan Kuliah Luring, Mahasiswa Dilema

Berdasarkan surat edaran Rektor Nomor 3539/UN25/TU/2022 yang dikeluarkan pada Kamis tanggal 24 Februari 2022. Tentang Penundaan Penyelenggaraan Pembelajaran Tatap Muka Semester Genap Tahun Akademik 2021/2022.  Surat tersebut berisi tiga poin penting salah satunya terkait penundaan perkuliahan luring yang dimulai tanggal 28 Februari 2022 berubah menjadi tanggal 21 Maret 2021. 

Namun sampai detik ini hari Jum’at tanggal 18 Maret 2022 belum terkonfirmasi pasti mengenai kelanjutan kuliah dengan sistem tatap muka. Banyaknya keluhan mahasiswa mengenai lambatnya Birokrasi yang ada di FISIP membuat mahasiswa kebingungan menanggapi surat edaran yang dikeluarkan sebelumnya.

“Hal membosankan menunggu sampai sekarang belum ada informasi secara jelas dan bisa dipertanggungjawabkan. Selama ini infonya masih simpang siur mouth-to-mouth. Saya sebagai mahasiswa serasa digantung” Tutur Khoirul Anam, salah satu mahasiswa Kesejahteraan Sosial. 

Dari pihak dekanat memberikan statement bahwasannya perkuliahan tetap dilaksanakan secara luring dengan melalui pengaturan yang ketat, "Terkait perkuliahan maka sejak tanggal 21 Maret 2022 dimulai dengan perkuliahan tatap muka meski melalui pengaturan yang ketat sesuai letentuan yang ada disistem"Ujar Dekan FISIP UNEJ. 

Meski begitu belum ada edaran resmi mengenai hal tersebut.

Prof.Dr. Zahra Puspitaningtyas selaku Wakil Dekan 1 Mengungkapkan "Masih menunggu evaluasi dari kantor pusat" Ujarnya.

Mengingat bahwa Sebagian besar mahasiswa yang ada di Universitas Jember berasal dari luar daerah Jember, sehingga hal ini mempengaruhi minat belajar mahasiswa dalam menghadapi kesiapan kuliah daring ataupun luring.

Seperti yang diungkapkan oleh Haryati Eiren mahasiswa yang berasal dari Medan, “Sungguh membuat bingung dan mempersulit aktivitas perkuliahan bagi saya. Karena saya dari luar pulau jawa menjadi plin plan untuk menentukan keputusan berangkat ke pulau jawa atau tidak.”

Mengenai adanya problematika yang dihadapi mahasiswa, mereka masih berharap agar pihak Kampus secepatnya mengambil sebuah tindakan, terutama kepastian terkait kuliah daring ataupun luring. Kejadian seperti ini banyak yang menganggap Birokrasi kampus terutama FISIP lambat dalam memberi sebuah informasi.

“Harapan saya FISIP harus lebih gerak cepat (gercep) memberikan informasi kepada mahasiswa dengan memperhatikan dan mempertimbangkan secara matang. Jika memang belum siap menerapkan perkuliahan luring maka jangan dipaksakan. Karena taruhannya adalah banyak orang. Namun kalau FISIP telah siap ya tidak apa-apa. Apapun keputusannya mengenai perkuliahan, saya harap segera informasikan kepada mahasiswa. Jangan mendadak. Karena mahasiswa sangat menunggu akan hal itu” Jelas Khoirul Anam.

Banyak harapan dari mahasiswa terkait alur Birokrasi di FISIP agar segera mengambil keputusan dan yang pasti hasil dari keputusan tersebut harus cepat, tepat dan akurat. (Leha)

MUNCUL SURAT KRITIK, BENTUK KEKECEWAAN TERHADAP FAKULTAS

Munculnya sebuah surat kritik yang ditempelkan di lingkungan FISIP cukup menyita perhatian. Surat tersebut berisikan sebuah kritikan tajam yang ditujukan kepada tatanan birokrat dan kondisi mahasiswa FISIP saat ini. Tak diketahui siapa penulisnya. Tapi dapat dilihat dari isinya, surat itu menunjukkan ekspresi kekecewaan suatu pihak terhadap kondisi lingkungan pendidikannya. Penulis surat kritik tersebut mengecam kerja birokrat dalam keruwetan birokrasi serta sikap apatis mahasiswa FISIP akan kebobrokan dalam lembaganya sendiri.

Penulis surat kritik menyayangkan bahwa fakultas yang didaulat menjadi acuan dan miniatur dalam pengimplementasian demokrasi yang ideal ternyata semakin hari semakin terlihat kebobrokannya. Hal tersebut tertulis didalam surat pada paragraf pertama “Fakultas yang selama ini didaulat menjadi fakultas acuan semakin terlihat kebobrokan didalamnya.....” tulis sang penulis.

Ali Ausath, Demisioner Ketua BEM FISIP 2021 menganggap bahwa datangnya surat kritikan tersebut adalah sebagai pengingat terhadap warga FISIP. Ali juga meyakini bahwa surat semacam ini berasal dari orang-orang yang peduli akan kondisi yang terjadi saat ini.

“Adanya surat seperti itu sebagai reminder lah. Walaupun kita tidak tahu surat itu dari siapa. Namun, yang pasti itu dari orang-orang yang memang peduli terhadap kondisi saat ini”

Setelah kemunculan kritikan tersebut, Ali menyatakan bahwa masyarakat FISIP perlu merespon “Tugas kita saat ini adalah meresponnya. Merespon apabila memang benar terkait dengan problemtika yang terjadi akibat PEMIRA, ya kita harus membenahi kepada penyelenggara, calon, kita dan kepada Dekanat, “ jelasnya.

Ali juga mengingatkan untuk mahasiswa agar selalu mengingat Asas- Asas mahasiswa sehingga pembelajaran demokrasi dapat berjalan dengan baik “Dan jangan dilupakan terkait Asas-Asas mahasiswa, bagaimana artinya pemilu raya FISIP dapat berjalan dengan baik sebagai sebuah pembelajaran demokrasi” imbuhnya.

Ari Monnik,salah satu calon Ketua Himpunan Hubungan Internasional (HI) juga berpendapat bahwa munculnya surat kritikan akibat adanya permasalahan yang benar-benar serius. Ia berkata ”Mengingat adanya surat yang dilayangkan seperti itu, pastinya ada permasalahan yang memang benar-benar sampai saat ini masih urgent dan tidak mendapatkan respon sepenuhnya dari berbagai pihak.” Ungkap Monnik.

Calon dari HI ini juga berharap agar mahasiswa menjadi lebih peka terhadap masalah yang terjadi, juga ketegasan Birokrat dalam kerjanya.

“Harapan untuk warga fisip sendiri, ayok peka terhadap permasalahan satu sama lain. Dan untuk birokrat FISIP sendiri, kita perlu adanya alur yang jelas, dan juga ketegasan untuk tidak membingungkan mahasiswanya” jelasnya. (ipm)

 

 

 

 

Dare

Berani Berubah Karena Hidup Terus Berubah

Judul buku : Dare! A Book for Those Who Dare to Change Their Lives 

Penulis buku : Wendy Grant

Penerjemah : Laila Qadria

Penerbit : Bright Publisher

Didistribusikan oleh : Mitra Media Nusantara

ISBN : 978-602-5868-03-0

Tebal halaman : 211

Hidup adalah sebuah anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap manusia yang tinggal di dunia. Setiap manusia memiliki perjalanan hidup yang berbeda. Dalam kenyatannya jika hidup ingin mengalami perubahan maka harus berani untuk memilih dan harus berani untuk berubah karena hidup setiap harinya terus berubah. Kehidupan yang sulit ditebak membuat sebagian orang sering mengalami setres sehingga tidak bisa menikmati kehidupannya.

Buku ini berisi tentang latihan mengendalikan diri, mengajak diri untuk pergi ke arah bawa sadar, bagaimana kita belajar mengendalikan emosi, dan keegoisan diri. Berbagai macam latihan yang terdapat di dalamnya sebagai bentuk hipnoterapi. Setelah mengikuti langkah-langkah yang ada, akan bemanfaat membantu berdamai dengan diri sendiri dimana perasaan lebih rileks dan mampu kembali menjadi orang yang lebih kuat dalam menjalankan kehidupan.

“Kemampuan untuk membuang segenap bentuk pertahanan diri membutuhkan pengalaman dan keberanian. Saat bisa menyingkarkan ketakutan dan menolaknya, tidak menyerah terhadap perasaan tersebut berarti anda telah berhasil membebaskan diri”, begitulah kutipan yang terdapat dibagian pendahuluan buku.

Belajar menerima kenyataan hidup bagi sebagian orang tidaklah mudah, belajar untuk terus mencintai diri sendiri atas segala hal yang terjadi dan mengajak untuk tetap percaya diri. Diarahkan untuk melakukan pemenuhan hak terhadap diri sendiri yaitu dengan cara mengekspresikan diri sesuai keinginan tanpa harus ribet memikirkan atau mendengarkan perkataan orang lain.

Lepaskan yang membuat kamu berat, berhenti mendengarkan kata orang ikutilah kata hati dan nikmatilah hidup menurut versi terbaik dari dirimu, karena hidup tidak harus satu rasa dan satu suara dengan orang lain. Setiap orang memiliki tujuan hidup yang berbeda.

Buku ini dikemas dengan apik, memuat sebuah narasi yang bagus. Diajak untuk melakukan meditasi sendirian untuk mengenali “siapa diri kita sesungguhnya” dibantu menggunakan Teknik visualisasi dalam membuat perubahan. Buku ini sangat cocok untuk siapa saja yang ingin berdamai dengan dirinya sendiri, membantu mengurangi rasa insecure dan kecemasan mengenai sesuatu yang sudah terjadi ataupun belum tentu terjadi. Dengan adanya buku ini bukan mengajak orang untuk egois melainkan sebuah langkah untuk mengekspresikan diri dengan jujur dan membantu orang meraih tingkat kehidupan yang lebih tinggi. (Leha)

 

 

 

 

Menuju Pemira Ideal, Sistem Manakah Yang Sesuai

Tidak hanya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) yang menyelenggarakan kontestasi politik atau Pemilihan Raya Mahasiswa (Pemira) disetiap tahun, fakultas-fakultas lain juga menyelenggarakan kegiatan serupa.

Perubahan pemilihan offline menjadi online, beberapa fakultas yang ada di Universitas Jember (UNEJ) mempunyai cara-cara tersendiri dengan sistem voting yang mereka terapkan. Dengan harapan asas-asas Langsung Umum Bebas dan Rahasia (LUBER) Jujur dan Adil (JURDIL) dapat menjadi landasan utama.

Dalam penerapan sistem voting Pemira, terdapat fakultas yang memanfaatkan fasilitas kampus yakni menggunakan e-voting pada sister dan ada juga fakultas yang memilih sistem voting lain yang sesuai dengan tujuan mereka.

Ungkap Muiz mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) yang beberapa bulan lalu baru saja menyelenggarakan Pemira, “ Pemira menggunakan e-voting sister ini telah diterapkan pada fakultas saya dua tahun berturut-turut, sistem ini efesien karena tahap-tahap yang cepat,”Ungkapnya.

Namun, Muiz juga memperjelas dengan tahap-tahap yang cepat tersebut ternyata banyak celah-celah kecurangan yang dapat dilakukan oleh mahasiswa yang berkepentingan.

“KPUM selaku penyelenggara tidak mempunyai otoritas penuh yang seharusnya mengatur segala rangakaian kegiatan pemilihan, Misalnya Nomor Induk Mahasiswa (NIM) bisa dengan mudah diberikan kepada temennya sehingga hak memilih bisa digantikan yang kemudian praktek tersebut menciderai asas Langsung yang ada pada asas-asas Demokrasi,” Imbuhnya

Muiz juga mengatakan “ e-voting ini dari tahun ketahun memiliki fitur-fitur yang sama, minim adanya fitur baru yang memperkuat asas-asas LUBER JURDIL jadi untuk kelayakan sistem juga patut dipertanyakan,”.

Disisi lain Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terdapat Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) menerapkan sistem voting sama yakni menggunakan e-voting Sister.

Akbar mahasiswa FKIP menjelaskan “ Menggunakan e-voting memang cepat dan sesuai banget dengan mahasiswa saat ini yang menghindari hal yang rumit, namun tidak disangka-sangka ternyata e-voting sister yang cepat atau efesien ini terdapat campur tangan suara birokrat yang hal itu dilaur ekpekstasi kami (mahasiswa), birokrat yang seharusnya tidak mempunyai hak untuk ikut campur malah melakukan penyumbangan suara, karena sistem memang yang memang sepenuhnya dari sana bukan KPUM,” Ungkapnya.

“Pada hari pelaksanaan e-voting  Sister sempat mengalami kendala dan mempengaruhi hasil akhir suara yang ketika kami Complain ternyata perubahan suara itu sangat cepat berpindah, sehingga kejanggalan lain muncul dalam benak kami” tutur lanjutnya.

Namun, berbeda dengan Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) yang tidak menggunakan e-voting Sister, melainkan menggunakan sistem lain yang mereka desain sendiri.

Menurut Bagus, Salah satu Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer mengatakan “Sistem pemilihan yang digunakan dalam pemilihan ketua dan wakil Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) fakultas berupa website yang telah dibuat oleh Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM) sistem ini sangat kredibel karena beberapa tahap verifikasi yang ketat dan dipantau penuh oleh KPUM sehingga minim celah kecurangan saat diterapkan dalam Pemira online,” Ungkapnya.

Bagus juga menjelaskan, tahap verifikasi yang ketat dan bertahap memang membutuhkan beberapa waktu bagi pemilih, namun dengan adanya hal tersebut tidak dapat memungkinkan jika kesempatan memilih tersebut akan dialihkan kepada orang lain.

“Token yang diberikan berbeda-beda, dipilih secara acak dengan durasi waktu yang singkat dan dikirim melalui email pribadi menjadi bukti bahwasannya campur tangan orang lain akan sulit terjadi”Lanjutnya. (Wilda)

 

Tanyakan Kepastian Pemira, Banwaslu Layangkan Surat Kepada KPUM

Senin, 28 Februari 2022, KPUM mengeluarkan Press Release terkait dengan penundaan pelaksanaan Pemira FISIP UNEJ yang harusnya dilaksanakan pada tanggal 1 Maret lalu. Setelah keluarnya Press Release tersebut, kemarin pada tanggal 3 Maret Badan Pengawas Pemilu (BANWASLU) FISIP UNEJ melayangkan surat yang berisi permintaan kepastian pelaksaan Pemira kepada KPUM selaku pihak penyelenggara Pemilihan Umum Raya Mahasiswa.

Pihak BANWASLU, selaku pengawas dalam pelaksanaan Pemira mengaku urgensi dari dilayangkannya surat kepada KPUM tesebut adalah untuk menghimbau KPUM untuk mengeluarkan statement resmi kepada seluruh warga FISIP terkait kepastian pelaksanaan Pemira sehingga tak ada informasi simpang siur yang beredar.

Dwija Panji, Ketua BANWASLU, menjelaskan “Berkaitan dengan surat yang sudah dilayangkan kepada KPUM urgensinya adalah BANWASLU menghimbau kepada pihak KPUM  agar segera mengeluarkan statement resmi kepada kami warga FISIP agar tidak terjadi informasi yang simpang siur, jadi agar kami mendapatkan kepastiaan dari pelaksanaan Pemira,” terangnya.

Beberapa saat setelah surat dari BANWASLU dilayangkan, KPUM segera mengeluarkan Press Release untuk menanggapi surat tersebut. KPUM menuangkan 3 poin penjelasan dalam Press Release yang dikeluarkan. Tertera pada poin ke 3 dijelaskan bahwa KPUM akan segera melakukan sosialisasi terbuka mengenai penyelenggaran Pemira secepat mungkin.

“Kami akan segera melakukan sosialisasi terbuka terkait pelaksanaan Pemira secepat mungkin setelah kordinasi dengan MAWA pusat dan UPTTI,” jelas Adnino Wanamariq, Ketua KPUM.

Selanjutnya, terkait dengan kepastian tanggal pelaksanaan Pemira, dari pihak KPUM pun belum dapat memberikan kepastian tanggal berapakah pemira akan dilaksanakan. Namun, KPUM menjelaskan bahwa Pemira akan dilaksanakan setelah adanya modifikasi sistem pada SISTER oleh pihak UPTTI sesuai dengan tuntutan KPUM pada Forum Keterbukaan yang telah dilaksanakan.

“Pemira akan dilaksanakan Setelah SISTER selesai dimodifikasi sesuai dengan tuntutan KPUM pada Forum Keterbukaan yang telah dilaksanakan,” imbuhnya. (ipm)

 

 

 

 

 

Bantuan Mulai Berdatangan, Ukraina Tak Lagi Sendiri Hadapi Rusia

Kamis, 24 Februari 2022, mengawali pecahnya perang Ukraina-Rusia. Kurang lebih selama 3 hari Pihak Ukraina sendirian tanpa ada pertolongan dari pihak mana pun. Selama itu pula Ukraina kewalahan melawan Negara Adikuasa, Rusia.

Sebelumnya, NATO dan AS begitu vokal menyuarakan untuk terus mengawal dan membersamai Ukraina dalam menghadapi Rusia. Selama itu Ukraina harus menopang bebannya sendiri. Memperjuangkan hak kemerdekaannya dari Rusia. Lantas ke mana NATO dan AS?

Dilansir dari CNBC Indonesia, Ada beberapa hal yang membuat NATO dan Amerika Serikat tidak bisa langsung membantu Ukraina.

Pertama, Ukraina bukanlah anggota resmi dari aliansi NATO. Jadi tidak ada kewajiban bagi NATO untuk membantu krisis yang terjadi di Ukraina, sekalipun Ukraina sudah mulai melobi untuk bergabung dengan NATO.

Kedua, dikutip dari CNN Internasional, secara resmi Joe Biden tidak akan mengirim pasukan untuk membantu Ukraina melawan Rusia.

“Pasukan kami tidak dan tidak akan terlibat dalam konflik. Pasukan kami tidak pergi ke Eropa untuk berperang di Ukraina, tetapi membela sekutu NATO dan meyakinkan sekutu di Timur,” jelasnya pada Jumat (25/2).

Di samping itu Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky merasa kecewa dengan NATO dan AS. Ia tidak menyangka bahwa keduanya tidak bertindak untuk mendukung Ukraina. Ia juga menilai anggota NATO tidak berniat untuk bersekutu dengan Ukraina.

“Kami ditinggalkan sendirian untuk membela negara kami,” katanya. “Siapa yang siap bertarung bersama kami? Saya tidak melihat siapa pun. Siapa yang siap memberi Ukraina jaminan keanggotaan NATO? Semua orang takut,” imbuhnya, dikutip dari AFP, Jumat (25/2).

Setelah melewati hari-hari sulit, kini Ukraina dapat bernapas lega, lantaran bantuan dari beberapa negara mulai berdatangan.

Kementrian Pertahanan Lithuania dalam cuitannya Minggu pagi bahwa militer dari negara Baltik telah tiba di Ukraina.

“Pengiriman bantuan militer lithuania telah mencapai Ukraina. Lithuania akan terus memberikan dukungan kepada sahabat kita, Ukraina!” seperti diwartakan CNN Internasional, Minggu (27/2).

Dilansir dari Kompas, Perdana Menteri Australia bekerja sama dengan NATO juga akan mengirimkan pasukannya.

“Kami sudah memberikan dukungan yang signifikan dalam hal bantuan yang tidak mematikan (non-lethal aid). Tetapi, saya baru saja berbicara dengan Menteri Pertahanan, dan kami akan berusaha memberikan dukungan apa pun yang kami bisa untuk bantuan mematikan (lethal aid) melalui mitra NATO kami, khususnya Amerika Serikat dan Inggris Raya,” kata Morrison.

Tak hanya itu bantuan militer juga datang dari Jerman. Ukraina dipastikan akan mendapat 1.000 senjata antitank dan 500 rudal penyengat dari Negeri Nazi tersebut.

Terakhir dari Amerika Serikat yang akhirnya memberikan bantuan sebesar US$ 350 juta dalam bantuan militer baru ke Ukraina, termasuk sistem anti-baju besi dan anti-pesawat, senjata kecil dan berbagai amunisi kaliber. (Diki Angger)

Alasan Di Balik Konflik Rusia Dan Ukraina

Pada tahun 2014  Rusia telah menganeksasi keseluruhan wilayah di Semenanjung Krimea, Ukraina. Dan pada Desember 2021 lalu, tak kurang dari 100.000 pasukan militer Rusia ditempatkan di beberapa titik perbatasan Ukraina. Tak pelak, aksi ini membuat panggung percaturan politik dunia turut memanas. Beberapa pakar menyatakan bahwa ini bisa jadi pemicu Perang Dunia III.

Lantas apa yang melatarbelakangi Rusia menempatkan ratusan ribu pasukannya di perbatasan Ukraina?

Semua ini bermula dari satu tokoh, Vladimir Putin, Presiden Rusia. Dilansir dari BBC News, ada tiga ultimatum yang diberikan pemimpin Negeri Beruang Merah tersebut kepada NATO.

Pertama, adanya jaminan bahwa NATO tidak akan menerima keanggotan baru lagi dari negara mana pun, terutama Ukraina. Kedua, NATO dan Amerika diminta untuk berhenti melakukan ekspansi di perbatasan Rusia. Ketiga, NATO dan Amerika berhenti melakukan intervensi dalam bentuk apapun di Eropa Timur.

Jika semua itu tidak dilaksanakan, maka Vladimir Putin mengancam akan melakukan invasi besar-besaran ke Ukraina dan menganeksasi wilayah Ukraina menjadi bagian Rusia.

Mengetahui permintaan Putin, baik NATO dan Amerika menolak dengan tegas. Mereka berdalih tidak ada wewenang dan hak dari mana pun termasuk Rusia, untuk mengatur hubungan NATO dan Amerika dengan pihak lain. Karena negara-negara yang dimaksud telah berdaulat.

Jika kita mengulas balik fakta sejarah yang ada, alasan mengapa Rusia begitu protektif terhadap Ukraina maka semua itu bermula dari pecahnya Uni Soviet.

Rusia dan Ukraina adalah dua dari 15 negara pecahan Uni Soviet. Dan lepasnya Ukraina ini banyak pihak yang menyayangkan, terutama Rusia. Karena mereka menganggap nenek moyang mereka berasal dari kerajaan Keivan Rus yang tak lain adalah Ukraina sekarang.

Putin menganggap harusnya Rusia dan Ukraina berada dalam satu atap negara yang sama. Karena alasan kesamaan suku bangsa dan budayanya.

Kemudian pada tahun 2013, NATO terus melebarkan sayap invasinya hingga Eropa Timur dekat dengan Rusia. Dan saat itu Presiden Ukraina, Viktor Yanukovych, yang haluan politiknya lebih pro-Rusia, membatalkan kerja sama dengan Uni Eropa.

Rakyat Ukraina yang kontra terhadap putusan pemimpinnya mengadakan demo. Terjadilah revolusi besar di Ukraina yang akhirnya Viktor dilengserkan dari jabatan presiden, pada 2014.

Dilansir dari Kompas, pelengseran itu berbuntut pada terbaginya pemerintahan menjadi dua kubu, yakni pro-Rusia (wilayah Krimea) dan pro-Uni Eropa (Ukraina daratan). Krimea pun meminta Rusia untuk membantu menyelesaikan konflik yang terjadi namun, pada akhirnya Rusia mencaplok seluruh wilayah Semenanjung Krimea.

Selang beberapa tahun, tepatnya pada 2019, Ukraina yang dipimpin Presiden Volodymyr Zelensky, seorang mantan pelawak itu, lebih mendekat ke Barat dan telah merundingkan untuk bergabung dengan NATO.

Inilah pemicu utama perang antara Ukraina-Rusia yang terjadi hingga sekarang. Karena Rusia menganggap, dengan begabungnya Ukraina ke NATO itu akan mengancam eksistensinya.

Kondisi keduanya kian memanas. Hingga pada 21 Februari lalu, dalam pidato yang Putin sampaikan, Rusia telah mengakui kemerdekaan Donetsk dan Lushansk, dua wilayah sparatis Ukraina.

Putin menyebut, bahwa negara-negara Barat telah mengancam keamanan Rusia karena memindahkan tentara NATO ke Eropa Timur.

Dan secara resmi pada Kamis, 24 Ferbuari 2022, Putin menyampaikan bahwa negaranya telah menginvasi Ukraina. Perang kini sedang berkecamuk, ratusan ribu warga Ukraina mengungsi dan sejauh ini belum ada pemberitaan pasti terkait jumlah korban jiwa (Diki)

Wajibkan SISTER Sebagai Platform Pemilihan, Dekanat Klaim Ini Bentuk Fasilitas Kampus

PRIMA FISIP- Masih dalam agenda Pemira FISIP yang tinggal menghitung hari, KPUM  FISIP UNEJ sebagai penyelenggara pemira masih disibukkan dengan Sistem dan Instrumen yang akan digunakan untuk pelaksanaan pemira dan perhitungan suara nantinya. Ada perbedaan pendapat terkait dengan platform sebagai instrumen Pemira yang telah disiapkan oleh KPUM dengan anjuran Dekan yang tertulis dalam Surat Keterangan (SK) kepengurusan KPUM yang telah dikeluarkan oleh Dekanat.

Dari Pihak dekanat mengatakan bahwa anjuran dalam penggunaan fitur E-voting dalam SISTER merupakan sebuah hal yang wajar dilakukan oleh pihak kampus sebagai bukti bahwa Kampus memberikan fasilitas untuk para mahasiswa di era sistem online ini.

Pak Edy selaku Wakil Dekan 3 (Wadek 3)  berkata bahwa “Terkait dengan arahan pak Dekan dalam menggunakan SISTER saya rasa itu hal yang wajar, karena itu juga bukti bahwa lembaga memfasilitasi”, ujarnya.

Selain itu, Wakil Dekan 3 juga menjelaskan terkait dengan permasalahan ataupun kelemahan-kelemahan yang terindentifikasi dalam fitur yang ada dalam SISTER akan dibicarakan dan dicari jalan keluarnya bersama dengan Pihak penyelenggara pada forum terbuka yang akan dilaksanakan besok pada 28 Februari 2022.

“Terkait dengan kelemahan-kelemahan sister saya rasa itu bisa dibicarakan”, ungkapnya.

Dari penjelasanya, Pak Edy juga menuturkan bahwa ketika memang ditemukan indikasi kecurangan dalam SISTER yang disedikan oleh pihak kampus perlu adanya perbaikan atau design ulang sehingga kelemahan tersebut dapat diatasi.

“Perlu ada verifikasi terkait dengan SISTER yang sekarang, saya hanya khawatir bahwa ditahun kemarin ada permasalahan mungkin sekarang bisa diantisipasi”, jelas Wadek 3 tersebut

Wadek 3 sebagai perwakilan dari pihak Dekanat juga meminta mahasiswa maupun panitia penyelenggara untuk segera menyampaikan jika ada indikasi-indikasi kecurangan atau kelemahan yang ada dalam platform SISTER agar segera diupayakan pembenahan terhadap celah tersebut.

“Jadi mohon mahasiswa atau teman-teman panitia menyampaikan jika ada potensi-potensi kecurangannya itu supaya bisa langsung diupayakan pembenahannya itu”, tuturnya.

Disebutkan juga bahwa adanya Forum terbuka yang akan dilaksanakan besok itu sebagai wujud pembelajaran demokrasi yang baik dengan membuka ruang dialektika yang baik pula antar pihak-pihak yang bersangkutan.

“Saya pikir ini merupakan ruang demokrasi yang baik  bahwa kita membuka ruang dialog” jelasnya Pak Edy, Wakil Dekan 3 FISIP UNEJ. (Ipm)

 

 

 

 

Wajib Gunakan Elektronik Voting SISTER, Munculkan Peluang Kecurangan Dalam Pemungutan Suara

Surat Keputusan (SK) penetapan kepengurusan Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember (KPUM FISIP UNEJ) Tahun 2022 yang dikeluarkan dan ditandatangani oleh Dekan FISIP UNEJ, Djoko Poernomo menyebutkan bahwasannya sistem pemungutan suara dalam Pemilihan Umum Raya (PEMIRA) FISIP UNEJ Tahun 2022 wajib menggunakan fitur e-voting sebagaimana yang ada di dalam SISTER. (16/2)

Narasi yang tertulis pada poin ketiga SK KPUM FISIP UNEJ Tahun 2022 berbunyi “Komisi Pemilihan Umum Raya Mahasiswa (KPUM) Pemilihan Umum Raya (PEMIRA) Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember Tahun 2022 dalam melaksanakan pemungutan suara secara daring dan wajib menggunakan aplikasi pemungutan suara elektronik (e-voting) yang ada di Sistem Informasi Terpadu (SISTER) Universitas Jember”.

Hal ini tidak sejalan dengan apa yang telah dikonsep oleh KPUM selaku penyelenggara Pemira yang berwenang untuk menyusun dan mengatur pelaksanaan Pemira. KPUM sebelumnya telah menetapkan dan kemudian mensosialisasikan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis) PEMIRA FISIP UNEJ Tahun 2022 kepada warga FISIP UNEJ sejak tanggal 08 Februari 2022 lalu.

“Fitur yang disediakan oleh SISTER tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan” ujar Adnino Wanamariq selaku Ketua KPUM (25/2)

Adnino menyampaikan bahwa ketika pemungutan suara menggunakan sistem e-vote yang ada di dalam SISTER, hal tersebut berpotensi terjadi kecurangan. Hal ini didasarkan pada fenomena yang banyak terjadi saat ini di mana NIM dan password SISTER setiap mahasiswa tidak lagi bersifat privasi, melainkan hal tersebut telah banyak diketahui oleh mahasiswa lain selain pemilik NIM untuk kepentingan titip absensi.

“Ketika nantinya dalam kontestasi PEMIRA ini menggunakan sistem yang telah ada di SISTER yaitu e-voting, dikhawatirkan ada sebuah sabotase yang dilakukan oleh para mahasiswa yang sedang memegang akun (SISTER) mahasiswa lainnya. Karena saya rasa setiap perkuliahanpun banyak mahasiswa yang menitip absen ke para teman-temannya” tambahnya.

Sekretaris KPUM tahun ini, Muhammad Farhan, juga menanggapi hal ini. Ia mengatakan bahwa Hubungan KPUM dengan Dekanat bersifat administratif. Konsep dan segala aturan yang akan digunakan dalam PEMIRA merupakan wewenang penuh milik KPUM sebagai lembaga yang independen.

“KPUM merupakan lembaga yang independen, dan hubungan antara KPUM dan dekanat adalah hubungan yang bersifat administratif” ucap Sekretaris KPUM (gnm)

 

Pemahaman Pemira Kurang, Sosialisasi KPUM Dirasa Belum Efektif

Pemilihan Umum Raya (Pemira) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember, akan dilaksanakan pada bulan Maret mendatang. Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM­) selaku penyelenggara bertanggung jawab memberikan informasi terkait dengan perkembangan-perkembangan Pemira. Dengan berdekatannya diselenggarakan Pemira, usaha sosialisasi mengenai Pemira dirasa kurang. Karena faktanya ada beberapa mahasiswa yang kurang mengerti terkait dengan agenda politik kampus ini, khususnya pada mahasiswa baru. Sosialisasi juga dirasa belum maksimal untuk memberikan pemahaman terkait Pemira.

Jini selaku mahasiswa, mengaku tidak tahu banyak informasi terkait Pemira, selain sebuah bagian dari politik kampus. Selama ini yang ia tahu, banyak isu tidak sedap terkait dengan Pemira.

“Ya, yang aku tahu soal Pemira merupakan bagian dari politiknya  kampus, mengenai tugasnya ya terkait dengan pemilu. Selebihnya aku tidak tahu apa-apa. Jujur, soalnya yang aku baca selama ini lebih banyak ke sisi negatifnya,” ujarnya.

Selain itu, Jini melihat sisi negatif dari Pemira sebagai sebuah politik kampus dan ada rasa ketakutan bagi mahasiswa sendiri. Pandangan akan ketakutan berbicara tentang politik selalu mengikuti ketika berbicara tentang agenda politik kampus.

“Pada dasarnya, Pemira sendiri kan udah identik sama politik kampus, dan yang sering aku baca kalau politik kampus itu ‘semengerikan’ itu dan yang kupikir nggak perlu dijabarin ya,sambung Jini.

Jini juga menegaskan bahwasanya ketidaktahuan mahasiswa akan pelaksanaan Pemira juga disebabkan oleh kurang masifnya informasi terkait Pemira, khususnya untuk mahasiswa baru yang pertama kali merasakan atmosfir demokrasi kampus.

“Sebenernya karena kurang sosialisasi sih ya, tapi aku gak menyalahkan seratus persen karena kurangnya sosialisasi, tapi transisi buat maba dari sekolah yang nggak ada Pemira dan cuma OSIS. Terus pemilu ala-ala anak sekolahan aja yang tentu beda sama dunia perkuliahan. Sepertinya memang butuh sosialisasi dan edukasi soal itu,imbuhnya.

Menanggapi hal tersebut, Adnino selaku ketua KPUM mengatakan bahwa KPUM mengaku telah cukup masif dalam memberikan informasi pemira kepada mahasiswa dengan menerbitkan pamflet ataupun konten-konten terkait perkembangan Pemira.

“Sebenarnya terkait sosialisasi dengan pamflet ataupun konten-konten sebenarnya sudah masif bahkan per hari ini kami selalu membuat pamflet pamflet terus. Dari Co. PDD sendiri juga selalu bekerja membuat dan menyebarkan pamflet ke setiap angkatan,paparnya.

Meskipun begitu, Adnino juga mengaku bahwa KPUM sendiri memang memiliki kekurangan terkait dengan sosialisasi kepada setiap jurusan. Ia mengaku bahwa sosialisasi tertutup memang cukup dibutuhkan, sedangkan selama ini yang dilakukan KPUM hanyalah sosialisasi terbuka.

“Mungkin ini sih, yang menjadi kurangnya KPUM dan ini sebenernya juga penting yaitu, mengadakan sosialisasi perjurusan, nah itu dari pihak KPUM tuh belum menyelenggarakan hal itu. Sosialisasinya kemarin tuh hanya sosialisasi terbuka untuk umum,sambungnya.  (Inayah,Sandra)

 

STIGMA POLITIK BURUK, PENTINGNYA ARGUMENTASI ASAS DEMOKRASI KAMPUS

Pandemi Covid-19 yang terjadi dua tahun belakang ini begitu berdampak terhadap tatanan kehidupan mahasiswa. Aktivitas yang terkait dengan identitas mahasiswa, cara pandang, cara berfikir bahkan ideologi masing-masing mahasiswa juga berubah. Dengan situasi yang serba daring, menjadikan media teknologi sebagai instrumen sehari-hari. Informasi yang masif cenderung membuat mahasiswa bingung dan terbawa arus.  Hal ini berimplikasi pada iklim demokrasi dan stigma mahasiswa terhadap agenda politik kampus. Salah satunya Pemira, stigma buruk mahasiswa terkait Pemira juga menjadi hal yang tak dapat dihindari. Banyak informasi-informasi yang cenderung menggiring mahasiswa untuk menghindari kata “politik”. Hal tersebut berakibat pada antusiasme mahasiswa untuk berpartisipasi pada agenda politik kampus.

Yang terjadi saat ini, mahasiswa mempunyai stigma buruk terhadap agenda politik kampus. Hal ini didasari dengan rasa tidak percaya terhadap agenda politik, dan aktivitas semacam itu. Oknum-oknum yang berkepentingan turut bersuka cita karena hal-hal yang menguntungkan kelompoknya dapat dilakukan dengan mudah. Kecurangan yang dapat dilakukan dalam hal ini adalah oknum-oknum dapat melakukan peretasan dan memanipulasi data-data calon yang dapat mempengaruhi hasil kontestasi tersebut. Disisi lain permainan banyak oknum yang berkepentingan juga memanfaatkan situasi ini untuk menggiring opini yang mengatasnamakan kepentingan mahasiswa. Menggiring opini masyarakat ini dapat dilakukan dengan cara penerapan Black Campaign. Black Campaign ini diterapkan dengan tujuan dapat mendeskriditkan calon lain yang berujung pada sikap apatis. Dengan adanya calon yang mendapatkan label buruk maka calon yang diusung tersebut akan memperoleh suara banyak yang berujung pada  kemenangan. Hal-hal yang demikian ini telah menodai asas-asas demokrasi dan memperkuat Stigma buruk mahasiwa terkait pemira dengan sikap acuh tak acuh.

Evaluasi pada Pemira sebelumnya yang memiliki kondisi yang cenderung sama, menjadikan Pentingnya elemen-elemen Pemira untuk dapat membaca kondisi Pemira pada tahun ini. Elemen-elemen Pemira ini dapat berkontribusi untuk memperbaiki Pemira dengan menanamkan nilai-nilai demokrasi. Seperti halnya dengan memberikan bentuk edukasi lewat propaganda, atau aksi program yang memberikan pemahaman pada mahasiswa mengenai pentingnya politik kampus. Nilai – nilai yang dapat diedukasikan seperti asas-asas Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia (LUBER) Jujur dan Adil (JURDIL) adalah nilai-nilai demokrasi yang patut untuk diperhatikan secara cermat. Guna asas-asas demokrasi ini diterapkan agar Pemira dapat terselenggara dengan efektif dan efesien. Jika asas-asas demokrasi dapat tersampaikan dengan baik kepada mahasiswa, maka celah dalam memunculkan stigma buruk mahasiswa dan kegagalan pemira sehat tidak dapat terjadi. Maka pentingnya elemen-elemen dalam berkolaborasi satu sama lain untuk memperbaiki situasi semacam ini menjadi hal yang perlu diperhatikan. (Wilda Aulia)

Instrumen Baru Untuk Pemira

Ada yang baru dalam pelaksanaan Pemilihan Umum Raya (Pemira) tahun ini. KPUM selaku penyelenggara Pemira telah menyiapkan instrumen baru untuk menyukseskan pesta demokrasi kampus FISIP UNEJ yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Instrumen tahun lalu (Polys) dinilai tidak cukup memadai, sehingga dibutuhkan instrumen baru untuk Pemira yg lebih baik.

Adnino Wanamariq, ketua KPUM, menyampaikan bahwa alasan Polys tidak lagi digunakan adalah karena keterbatasan voters dalam fiturnya. Untuk itu KPUM menggunakan platform “Dukungcalonmu” untuk mengganti Polys.

Adnino berkata “Untuk sistem pemilihannya berbeda, untuk tahun kemarin kan pake yang namanya polys. Nah polys ini sekarang gabisa digunakan hanyak dibatasi 20 voters saja. Untuk tahun ini menggunakan sistem yang namanya dukungcalonmu, ini sudah berdiri sejak tahun 2018 kalau nggak salah dan ini dari Indonesia (Jakarta)” ujarnya

Dukungcalonmu memiliki beberapa keunggulan. Salah satunya adalah kuota yang disediakan untuk voters lebih besar. Besarnya kuota voters membantu mempersingkat waktu pemilihan sehingga mahasiswa tidak perlu mengantri lebih lama.

Keunggulan lain disebutkan oleh dailysocial.id. Mereka menyatakan bahwa platform Dukungcalonmu memiliki fitur one election yang menyediakan kemudahan untuk pendataan daftar pemilih tetap (DPT) dan verifikasi pemilih terdaftar. Taak hanya itu, kemudahan tersebut dilengkapi dengan jaminan keamanan dan kerahasiaan bagi Pemira.

Selanjutnya fitur one election ini juga memastikan bahwa voters hanya dapat melakukan satu kali voting. Dengan begitu, resiko adanya kecurangan dalam pelaksanaan voting secara online dapat berkurang.

fitur tersebut dapat mendukung pelaksanaan Pemira dengan tetap mengedepankan kejujuran dalam asas pemilu Luberjurdil. (iy)