BPM menilai BEM tak berikan solusi tekait kongres yang sampai saat ini telah ditunda sebanyak tiga kali. Anggota BPM, Moh. Irsyad, sekaligus presidium sidang, mengatakan penundaan ini terjadi lantaran tatib sidang yang terus saja dipermasalahkan oleh BEM. Irsyad menyayangkan tindakan BEM yang terus saja menunda kongres hingga 3 kali namun tanpa memberikan solusi konkret akan permasalahan tersebut.
“BEM selaku badan eksekutif mempermasalahkan hal tersebut, dimana tatib yang digunakan saat ini tidak bisa dijadikan acuan untuk melanjutkan kongres, akan tetapi dari tindakan BEM disini dimana kongres sudah dipending selama 3 kali, akan tetapi tidak memberikan solusi yang tepat agar kongres ini bisa berjalan dengan lancar, saya selaku pimpinan sidang juga sedikit agak kecewa terhadap tindakan BEM yang hanya bisa memolor molorkan kongres, akan tetapi tidak bisa memberikan solusi yang tepat yang bisa kita konsumsi bersama di forum, selaku forum ormawa, dimana biasanya BEM jika memang tidak disepakati, disitu harus muncul sebuah solusi yang kita bisa gunakan bersama, bukan hanya mengkritik ataupun menolak akan digunakannya tatib tersebut”
Menurut Irsyad, alasan dari penundaan kongres hanyalah dalih dari BEM sendiri untuk memperlama jalannya kongres. Hal ini terlihat bagaimana pada saat kongres terakhir kali, BEM bersikeras mengatakan bahwa tatib itu ada, dengan alasan tersebut, BEM mengatakan bahwa kongres ini tidak bisa dilanjutkan jika tidak menggunakan tatib yang asli. Bahkan Irsyad mempertanyakan pihak BEM yang bilang mengetahui adanya tatib tersebut, namun BEM bekomunikasi kepada demisioner BPM, sehingga tatib asli bisa segera ditemukan.
“sebenernya dari pihak kami dan beberapa dari perwakilan ormawa, kalau emang tatib tersebut kemarin tidak ada, kebanyakan dari ormawa juga menyetujui untuk membuat tatib baru, dengan berlandaskan beberapa referensi sebelumnya, seperti halnya hasil klb, kan tetapi dari pihak BEM sendiri tetep ngotot tidak ingin melanjutkan kongres apabila tidak menggunakan tatib asli atau emang ada keterangan pasti bahwasanya tatib yang asli ini bener bener hlang, akan tetapi muncul beberapa kekecewaan dari khususnya saya sendiri selaku pimpinan sidang dan beberapa anggota forum perwakilan dari tiap tiap ormawa di kongres pada hari Jumat malam, dimana dalih dari BEM tersebut tidak jauh berbeda dengan sebelum sebelumnya, yaitu tetep memperjuangkan tatib yang asli, dan semalam pernyataan seperti itu muncul kembali di pihak BEM, selaku Badan Eksekutif, yang lagi lagi mengatakan bahwasanya jika kongres tetap dilanjutkan disini kita menciderai konstitusi dan pihak BEM selaku pimpinan tertinggi bahasanya katanya ingin menjaga konstitusi tersbeut agar tidak diciderai oleh mahasiswa”
Irsyad menambahkan, kemunduran kongres ini sudah berdampak pada agenda pemira itu sendiri, mengingat kongres ditunda hingga selasa depan, sementara sesuai jadwal pemira senin besok sudah masuk tahap pemilihan calon ketua HMJ dan paslon BEM.
Sementara itu, Ketua BEM, Wildan Rofi membantah jika dirinya dituduh menunda nunda jalannya kongres, sebab menurutnya apa yang dilakukannya itu sudah sesuai dengan konstitusi yang ada. Wildan menjelaskan bahwa seharusnya yang lebih paham untuk menjaga konstitusi dan undang undang adalah dari pihak BPM itu sendiri sebagai lembaga legislatif.
“ketika BEM dibilang hanya mengkritik mengkritik saja, bagi saya tidak seperti itu, karena saya pribadi disini selaku pimpinan tertinggi lembaga eksekutif, itu ya harus memegang teguh konstitusi dan undang undang, sebenernya yang lebih sadar tentang itu adalah BPM sendiri, kalau memang ada konferensi seperti itu ya saya mau bilang sebenernya yang lebih paham untuk menjaga konstitusi dan undang undang itu adalah temen temen dari BPM sendiri, yaitu selaku pihak legislatif, nah sebenernya kenapa pending pending pending, ya kamipun sebenernya BEM pengen cepet cepet selesai gitu, toh LPJan kamipun sudah siap semua, andai kata tata tertibnya itu ada, ya ga perlu pending kan, yang saya lakukan itu untuk memegang teguh dan memegang betul betul konstitusi yang ada, jangan sampai kita mengabaikan kewajiban kita untuk menjaga undang undang, menjaga kontitusi"
Wildan menambahkan, permasalahan sebenarnya ada pada BPM itu sendiri. Jika saja BPM dapat menyiapkan tatib yang asli, maka kongres ini tidak akan berkali kali mengalami penundaan. Selain itu Wildan mengaku pihak BEM sudah siap sejak awal untuk mengikuti kongres, hal itu dibuktikan dengan LPJ BEM yang sudah disiapkan sejak awal.
“menurut kami permasalahannya bukan ada di BEM, tapi permasalahannya ada di BPM yang tidak siap dengan adanya tatib lama, jadi intinya disana, ketika tatib itu ada ya kongres bisa dilanjutkan gitu, yang kami pegang teguh yang kami pegang betul betul, ya siapa lagi yang menjaga undang undang negara FISIP, siapa lagi yang menjaga konstitusi negara FISIP kalau bukan legislatif dan eksekutif" [rkn]