By LPM PRIMA FISIP UNEJ
14 Apr 2020 - 12:51:40

Perkenalkan, aku adalah mahasiswa
Yang katanya selalu berjajar membela rakyat
Disebut sebagai civitas akademika karena melawan birokrasi
Namun pada era ini katanya hilang eksistensi
Tahun 1998 kata “kita” seakan menjadi agung bagi mahasiswa
Kata “kita” menyatukan mahasiswa, rakyat dan Indonesia
Tapi itu dulu pada era birokrasi menggila
Namun pada era ini apa arti “kita” bagi mahasiswa ?
“Kita” ialah sebuah kata pronomina pesona pertama
Yang terdefinisi dengan begitu banyak arti
Dan semua terarah pada sebuah makna
Tapi sering diartikan kata romantis muda mudi
Namun kini kata “kita” menjadi begitu tabu bagiku
Sering tak selaras dengan hati walau terbelenggu
Tak jarang kata “kita” seakan menjadi benalu
Tapi tetap ku terjebak pada sebuah gang buntu
Hai mahasiswa! Kini apa arti “kita” bagimu ?
Masihkah “kita” menjadi tanggungjawab sosialmu ?
Masihkah kepentingan bersama menjadi prioritas bagimu ?
Ataukah sudah tergerus zaman dan egoismu ?
”Tugas mahasiswa adalah belajar
namun sungguh sangat rugi jika belajar disempitkan
hanya sebatas bangku perkuliahan saja“
Begitu najwa shihab berkata
Lalu bagaimana saat ini hai mahasiswa yang agung!
Membawa nama universitas kasana kemari
Memakai jas sekedar untuk sombong pada teman SMU
Namun kerjamu tak berarti bagi negeri
Sungguh aku malu disebut sebagai mahasiswa
Dihormati sebagai orang berpendidikan
Menjadi harapan rakyat bagi keberlangsungan bangsa
Namun yang kulakukan hanya berdiam diri saja
Sungguh teman-temanku wahai mahasiswa
Tunjukkan pada mereka bahwa kata “kita” tidak mati
Wujudkan tanggungjawab sosial “kita” hai mahasiswa!
Generasi muda bangsa Indonesia!
[Dev]

18 Sep 2023
Bumi Kelabu
Indonesia negeri yang kaya
Namun tidak dengan jiwanya
Mereka bilang Harga Mati
Kemanusiaan pun turut mati
Pada kala itu,,
September menjadi saksi bisu
Kebebasan berada dititik terjauh
Hak keadilan tertinggal jatuh
Para pejuang merintih hancur
Terasa geram tak ingin lari
Terkuak sudah wangi melati
Banyak pihak beralasan memperbaiki
Rupanya, langkah awal mendominasi
Sudah waktunya perbaiki
Segala beban jeratan oligarki
Sudah waktunya berjuang kembali
Kabur dari penjara liberalisasi
Nestapa September menjadi saksi
Indonesia juga pernah sakit
Lemahnya Demokrasi
Lemahnya Konstitusi
Binasa HAM dalam Negeri
Setiap jiwa perlu dijuangkan
Segala hak perlu ditunaikan
Sungguh mulia jasa Munir
Mati dahulu melawan takdir
Tewas mulia misi perjuangan
Pada September Kelabu
Menjadi potret kelam waktu
Bumi terkikis meminta ampun
Tanda lelah untuk bangun
Harap cemas pada pemilik negeri
Berjuang lagi dengan misi
Membela lebih baik daripada melarikan diri
Penulis : Sadira Sinta A.
Editor : Tim Redaksi LPM PRIMA FISIP

23 Jul 2022
PROPOSAL
Oleh : Lyn
Kedinginan malam menyelimuti kita
Dua pasang ciptaan Tuhan mengeratkan dekapan
Di bawah sorot bulan merah itu
Kedua mata ini memandangmu dalam
Akankah baik-baik saja bila kuteruskan
Detik itu Kau bertanya padaku
Bagaimana malam yang indah itu
Malam indahku tergantung keberadaanmu
Karena kamulah bintang bercahayaku
Sinar terangmu melenyapkan ketakutanku
Pertahankan senyum di bibirmu itu
Di setiap pertemuan kita yang tiada akhir
Biarkan nafasku bebas di sisimu
Kau pasti tahu arti ucapanku
Selamanya nikmati gemerlap malam denganku
Walaupun cahaya langit telah sirna
Aku tak peduli karena kaulah sinar yang paling terang
Ijinkan aku bercahaya ditiap malammu juga
Mari tetap seperti ini bahkan di nirwana nanti (Nanda)

01 Nov 2020
Lahirlah Muhammad Saw
bocah perempuan itu tak beranjak
ketika deburan debu menerpa tubuhnya
sang ibu terdiam kaku dengan kelumpuhannya
sedang para tetangga sudah banyak meninggalkan kampungnya
lelaki tegap dengan keperkasaannya
menendang pintu dengan bengis dan kepongahan
ibu dan anak diam terkunci mulutnya
segala tanya tak ada jawaban
bocah-bocah perempuan dipenggal lehernya
karena kelahirannya dianggap pembawa sial
jangan sampai bumi suci diinjak najis kakinya
karena selaksa kutuk dan laknat akan melanda
bocah-bocah perempuan terus dikejar-kejar bagai hewan buruan
tak terhitung berapa yang tertangkap
dan berapa sudah yang ditanam hidup-hidup di dalam tanah
padang pasir jadi saksi bisu kezaliman merajalela
awan panas berarak-arakan
rahasia tetap menyelimutinya
dari jauh di antara pegunungan terjadi kegelisahan
akan datang barisan pasukan membawa pedang dan keangkaramurkaan
mereka menyingkir ke perbukitan
di tengah arus pengungsian
seorang perempuan dengan kandungannya
sudah tiba saat kelahirannya
gajah-gajah dikerahkan
berlaksa burung beterbangan
batu-batu serentak berjatuhan
pasukan gajah dalam kelumpuhan
di waktu itu
ada cahaya menyatu
menembus relung waktu
tangis bayi
lengkingannya sampai kini
ya, Muhammad saw
Penulis: Andan P

09 Apr 2020
Pulihlah
Hai hati, mengapa kau terus merasa kecewa?
Padahal semua memberi yang terbaik padamu
Mengapa kau terus merasa tersalahkan?
Padahal mereka yang mendukungmu
Hai hati, mengapa kau lagi lagi menuduh?
Padahal rumah tempatmu berteduh
Mengapa kau terus menerus menghindar?
Padahal kau sebut mereka keluarga
Hai hati, bagaimana bisa kau merasa dibohongi?
Padahal semua terjadi demi melindungimu
Mengapa latar belakang terus kau salahi?
Padahal kau terbentuk tegar dari hal itu
Berhentilah hati! Sadarlah! Terbukalah!
Jangan lagi kau terbakar kata mereka!
Ingatlah hutang budimu padanya!
Terbukalah agar kau tersadar akan jasanya!
[Dev]