Hambatan Peningkatan Kualitas Sarana Prasana dalam Menghadapi Akreditasi Internasional FIBAA

LPM PRIMA, Jember – Dalam menghadapi akreditasi internasional dari FIBAA, Is Wahyudi selaku Wakil Koordinator Umum dan Sarana Prasarana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) menyampaikan ada hambatan dalam peningkatan kualitas sarana-prasarana, namun hanya sekedar hambatan umum saja.

Dalam pemanfaatan anggaran negara untuk peningkatan sarana-prasarana, Is Wahyudi menjelaskan ada prosedur yang harus dijalani sebelum anggaraan bisa digunakan. Ia mengibaratkan lembaga FISIP berbeda dengan manajemen rumah tangga yang dapat menggunakan dana sewaktu-waktu.

Hambatan umum saja, perlu dipahami bahwa kita menggunakan anggaran negara sehingga ada proses-proses yang perlu dijalani. Nggak kayak manajemen rumah tangga yang ada duit langsung bangun, tidak." kata Is Wahyudi, Rabu (29/3)

Ia menjelaskan bagaimana prosedur yang perlu dilalui. Dalam pengadaan belanja modal diperlukan mengisi dokumen yang telah disiapkan oleh kementrian, lalu surat permohonan tersebut ada rincian yang harus di unggah ke sistem. Terkait dengan anggaran pembelajaran harus diusulkan melalui SIBAJA. Setelah disetujui oleh pimpinan dan jika sudah ditinjau oleh tim HPS baru bisa diluncurkan ke Sistem Informasi Rencana Umum. Selanjutnya dilakukan proses negosiasi yang membutuhkan waktu, tidak hanya satu dua-hari.

Ada beberapa aplikasi yang perlu kita lalui terlebih dahulu, semacam kita mau mengadakan belanja modal. Kita siapkan dokumen, dokumen ini template nya kementrian, ada surat permohonan. Kemudian ada rincian itu kita upload ke sistem terkait dengan pembelajaran. Kita awalnya itu usulkan melalui SIBAJA, nanti selesai disetujui pimpinan sudah di-riview oleh tim HPS itu baru dilunjurkan ke Sistem Informasi Rencana Umum. Lalu disana rekanan menawar, tidak bisa satu hari dua hari dan itu harus dilalui kalo nggak siap-siap ada KPK yang mengawasi.” jelas Is Wahyudi, Rabu (29/3)

Is Wahyudi menambahkan bahwa pihaknya telah melakukan tugas lembaga dan tidak diam saja.

 

Penulis : Amar Ardiansyah (AA) 

Editor: Tim Redaksi LPM PRIMA FISIP

 

Peningkatan Sarpras Prodi HI Tidak Ganggu Peningkatan Sarpras Prodi Lain

LPM PRIMA, Jember – Is Wahyudi selaku Wakil Koordinator Umum dan Sarana Prasarana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) menjelaskan bahwa proses pembangunan sarana-prasarana (sarpras) dalam rangka peningkatan kualitas untuk program studi Hubungan Internasional (HI) dalam menghadapi akreditasi internasional dari FIBAA tidak menganggu proses peningkatan sarana-prasarana prodi lain.

Is Wahyudi menyampaikan bahwa fasilitas di FISIP kebanyakan digunakan secara umum oleh civitas akademika FISIP, hanya ruang kerja dosen prodi hubungan internasional saja yang berdampak langsung dan dinikmati oleh prodi hubungan internasional. Is Wahyudi menyebutkan fasilitas lain seperti ruang kelas dan lapangan olahraga digunakan secara bersama.

Tinggal upgrade-nya ruang dosen HI yang terkait fokus dan terdampak langsung ke HI dan hanya dinikmati prodi HI kan ruang kerja dosen HI. Yang lain-lain tidak ada ruang kelas dipake bersama tidak diklaster. Jadi tidak ada dampak, termasuk fasilitas olahraga.” jelas Is wahyudi saat diwawancarai tim LPM PRIMA, Rabu (29/3)

Peningkatan sarana-prasarana di Lab Diplomasi milik prodi hubungan internasional tidak menggunakan anggaran FISIP tapi memperoleh dana hibah dari BKKMHI. Sedangkan, peningkatan kualitas sarana-prasarana program studi lain sudah diprogramkan setiap tahun.

Untuk lab diplomasi itu bukan dari anggaran kita, mereka dapet dana hibah BKKMHI, sekarang didahulukan HI karena memang prioritas untuk menghadapi akreditasi ini dan tahun besok kita sesuaikan, mungkin sosiologi, KS (kesejahteraan Sosial), ruang administrasi.” terang Is Wahyudi, Rabu (29/3)

 

Penulis: Amar Ardiansyah (AA) 

Editor: Tim Redaksi LPM PRIMA FISIP

 

Menuju Akreditasi Internasional, Is Wahyudi: Kami Kejar Ketertinggalan Sarpras

LPM PRIMA, Jember – Is Wahyudi selaku Wakil Koordinator Umum dan Sarana Prasarana FISIP menyampaikan bahwa pihaknya dalam persiapan menghadapi akreditasi internasional dari Foundation for International Business Administration Accreditation (FIBAA) telah melakukan beberapa hal untuk mengejar ketertinggalan aspek sarana-prasarana.

Is Wahyudi menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan benchmark (pembandingan) dengan Universitas Kristen Indonesia (UKI) yang terlebih dahulu meraih akreditasi internasional FIBAA. Hasil dari kegiatan benchmark ke UKI, Is Wahyudi menyampaikan pihaknya telah memperoleh gambaran standar minimum tentang sarana-prasarana, seperti ketersediaan ruang kelas yang tidak harus mewah.

“Kita sudah ada gambaran oh ternyata seperti ini standar minimalnya, menurut informasi dari mereka (UKI). Jadi hal-hal yang perlu kita siapkan, pertama ketersediaan ruang kelas yang memenuhi syarat dan itu tidak perlu mewah lo, bagus itu tidak menjadi syarat.” jelas Is Wahyudi kepada wartawan, Rabu (29/03)

Is Wahyudi juga menjelaskan terkait bagaimana standar ruang kelas dengan peralatan yang mendukung, pihaknya mengupayakan pengadaan kursi dan meja untuk mahasiswa yang left handle atau kidal.

Ada yang harus left handle kan yang kidal itu juga harus kita fasilitas nanti kita kondisikan ruang kelas itu tersedia, kan kapasitasnya sedikit ya. Mungkin dari 70 orang, hanya 2-3 orang kita sediakan lima nanti kursi yang tersedia ada mejanya, sehingga kita juga fasilitasi itu” tambah Is Wahyudi, Rabu (29/03)

Baca Juga Terancam Tidak Lolos Pantau FIBAA, Bagaimana Peran Mahasiswa HI

Kemudian untuk ketersediaan lab, tim hubungan internasional telah berhasil mendapat dana hibah dari BKKMHI untuk pengadaan alat lab. Is Wahyudi menyebutkan lab tersebut adalah lab diplomasi dan lab ekspor-impor.

“Kemarin karena perjuangan tim HI kita dapatkan dana hibah bantuan untuk pengadaan alat lab dari universitas, dana hibahnya dari BKKMHI. Itu kita mendapatkan bantuan untuk lab diplomasi dan lab ekspor-impor itu mungkin sangat mendongkrak dan menunjang kesuksesan” tutur Is Wahyudi, Rabu (29/03)

Selanjutnya, yang perlu ditingkatkan adalah ruang dosen hubungan internasional dan diupayakan selesai sebelum visitasi dilaksanakan. Is Wahyudi berharap pimpinan bisa membantu mendorong untuk segera dilaksanakan.

“Kami meminta pimpinan untuk membantu segera push gimana bisa segera dilaksanakan, kita secara dokumen sudah kami lengkapi prosedur sudah kita lakukan tinggal menunggu universitas” tukas Is Wahyudi, Rabu (29/03)

 

Penulis: Amar Ardiansyah (AA)

Editor: Tim Redaksi LPM PRIMA FISIP

Lagi lagi Terjadi, Penjahat Kelamin Semakin Berkeliaran

LPM PRIMA, Jember – Belum lama tersebar kabar viralnya aksi pamer organ intim (ekshibisionisme) di Jl. Jawa 6 melalui sosial media twitter, kini aksi meresahkan tersebut kembali terjadi. Kejadian tersebut terekam kamera CCTV dan tersebar melalui berbagai akun Instagram, salah satunya akun Media Informasi Kabupaten Jember atau @infojember. Dalam salah satu postingannya, tertulis lokasi kejadian aksi pamer kelamin tersebut tepatnya di Perumahan Mastrip yang menunjukkan bahwa pelaku kejahatan ini semakin berkeliaran di daerah kampus dan sekitarnya.   

Tim Pribadi Merdeka Mahasiswa (PRIMA) melakukan wawancara pada pelapor video rekaman CCTV yang tersebar melalui akun Instagram @infojember untuk menanyakan lebih lanjut mengenai sumber dari beredarnya video aksi kejahatan kelamin tersebut. 

“Teman sejurusan dan satu organisasi. Dia mengalami hal itu kebetulan ada cctv di kosnya. Dia cek ternyata terekam sama cctv yg ada. Dia menyebarkan ke grup angkatan dan organisasi agar lebih hati-hati, dan minta tolong disebar luaskan gitu aja si. Terus sampe pada akhirnya beritanya tersebar luas. Sempat ada aparat yg datang juga untuk memintai keterangan ke korban” jelas B selaku teman korban, Selasa (28/3)

Baca Juga Ekshibisionisme, Laki laki Pamer Kelamin di Jl. Jawa 6

Keberadaan pelaku penjahat kelamin hingga saat ini masih dalam proses pencarian karena plat nomor yang digunakan palsu. Korban pun tidak terlalu hafal pada ciri-ciri pelaku, sehingga proses pencarian akan sedikit lebih susah.

“Untuk pelaku sampai saat ini masih proses pencarian, karena nopol yg dipakai palsu tidak bisa dilacak. Korban juga ga terlalu hafal ciri-ciri pelaku dan wajahnya. Jadi mungkin sedikit lebih susah” ungkap B, Selasa (28/3)

Maraknya kejadian aksi pamer organ intim menimbulkan keresahan di masyarakat. Siapapun bisa menjadi korban dari kejahatan ini. Adanya instrumen hukum dianggap tidak sejalan dengan penegakan hukum, sehingga pelaku dari kasus seperti ini tidak pernah tertangani hingga tuntas. 

“Menurutku sih kan juga pelecehan seksual sudah dilengkapi dengan instrumen hukum yang cukup, tapi penegakan hukumnya kurang tegas sama ngentengin. Dari dulu belum ada satu pun orang yg tertangkap, entah memang masih dalam pencarian atau mungkin juga ga dilanjutkan proses hukumnya. Apakah sesusah itu? Menurutku ngga sih kalo untuk polisi karena dengan fasilitas yg mereka punya harusnya bisa. Jadi dari diri kita sendiri lebih hati-hati aja. Apalagi cewe yg suka makai pakaian yg minim dan lain sebagainya. Bukan tentang pakaiannya, mau make baju apapun sebenarnya bisa jadi korban.” jelas B, Selasa (28/3)

 

Penulis : Hauriska Lukmaningtiyas (HL)

Editor   : Tim Redaksi LPM PRIMA FISIP

Ngabuburit di Masjid Al Hikmah UNEJ: Ada Ratusan Takjil Gratis

LPM PRIMA, Jember -- Setiap hari UKM Mustika dan Panitia Ramadan Masjid Al-Hikmah UNEJ membagikan takjil secara gratis. Mahasiswa atau masyarakat umum bisa mendapatkan takjil tersebut dengan cara mendatangi Masjid Al-Hikmah yang ada di Universitas Jember. Tak hanya takjil, mereka juga membagikan makanan berat (mamirat) secara gratis.

Jumlah takjil yang disediakan Masjid Al-Hikmah UNEJ setiap harinya berkisar 250 porsi, sedangkan untuk mamiratnya disediakan sekitar 200 porsi. Jumlah tersebut bisa bertambah apabila terdapat sumbangan dari pihak luar atau masyarakat umum. 

Setiap sore terdapat Kajian Ramadan (KAROMAH) di Masjid Al-Hikmah, bagi yang hadir akan diberikan kupon. Nantinya kupon tersebut dapat ditukarkan makanan berat (mamirat) gratis untuk buka puasa bersama.

Baca Juga Masjid Al Hikmah UNEJ Gelar Banyak Kegiatan Selama Ramadan

Jumlah porsi mamirat setiap harinya untuk laki-laki sebanyak 100 porsi dan 100 porsi lainnya untuk perempuan. Sedangkan untuk pembagian takjil tidak perlu kupon dan bisa didapatkan selama masih tersedia.

Pembagian takjil ini akan tersedia selama bulan Ramadan. “Itu juga sampai lebaran,” jelas salah satu Panitia Ramadan di Masjid Al-Hikmah, Rabu (29/3)

Selain bagi-bagi takjil, selama bulan suci Ramadan Masjid Al-Hikmah juga menggelar beberapa kegiatan seperti buka bersama, salat tarawih, tadarus al-qur’an, kajian, dan menerima akumulasi distribusi zakat, infaq, maupun shadaqah (ADZIZ). Akumulasi distribusi ini dibuka mulai awal Ramadan hingga menjelang salat idul fitri.

Sampai saat ini belum ada yang mendistribusikan zakat maupun infaq, akan tetapi untuk shadaqah sudah diterima dari kalangan mahasiswa maupun masyarakat umum.         

Kalo untuk ADZIZ belum, kalo untuk shadaqah alhamdulillah dari awal sudah ada,” jawab salah satu Panitia Ramadan yang menjabat sebagai bendahara, Rabu (29/03) 

 

Penulis : Allysa Salsabillah (AS)

Editor   : Tim Redaksi LPM PRIMA FISIP

Masjid Al Hikmah UNEJ Gelar Banyak Kegiatan Selama Ramadan

LPM PRIMA, Jember– Panitia Ramadan Masjid Al-Hikmah Universitas Jember (UNEJ) mengadakan banyak kegiatan untuk mengisi waktu puasa selama bulan Ramadan. Bekerja sama dengan takmir masjid, kegiatan Ramadan di Masjid Al-Hikmah dimulai dari pagi sampai malam hari. Setiap harinya dari pukul 07.30 hingga 16.00 WIB Panitia Ramadan Masjid Al-Hikmah membuka stand yang bertujuan untuk menerima donasi dari donatur. Hasil donasi inilah yang nantinya digunakan untuk menunjang kegiatan selama Ramadan. 

Agenda kegiatan Ramadan tersebut, antara lain:

  1. MAWADDAH (MAUIDHOH BA’DA DHUHUR AL-HIKMAH), kegiatan ini dilakukan setiap hari Senin-Kamis, ba’da dzuhur.
  2. KAROMAH (KAJIAN RAMADHAN AL-HIKMAH) dan buka bersama, kegiatan ini dilakukan setiap sore selama bulan Ramadan (Ahad sore libur).
  3. Tabligh Akbar, kegiatan ini dilakukan setiap Jumat pagi selama bulan Ramadan.
  4. Sholat Tarawih
  5. Tadarus Al-Qur’an, kegiatan ini dilakukan setiap ba’da sholat tarawih dan diakhiri pada pukul 21.30 WIB.
  6. Sholat Idul Fitri
  7. ADZIS (Akumulasi dan Distribusi Zakat, Infaq, dan shodaqoh), kegiatan ini dilakukan setiap hari dari awal Ramadan sampai Idul Fitri. 

Dengan adanya kegiatan-kegiatan ini, jamaah Masjid Al-hikmah mengalami kenaikan dibanding bulan-bulan biasanya. Hal ini tentu menjadi nilai positif bagi mahasiswa UNEJ dan Masjid Al-Hikmah itu sendiri. Terlepas adanya jamaah yang mengalami kenaikan, terdapat juga hambatan yang menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi Panitia Ramadan Masjid Al-Hikmah UNEJ. 

Baca Juga Ngabuburit di Masjid Al Hikmah UNEJ: Ada Ratusan Takjil Gratis

“Hambatan kita adalah kurangnya donatur. Contohnya, ketika berbuka puasa itu masih banyak mahasiswa yang tidak mendapatkan kupon, khususnya pada hari aktif, seperti hari Senin-Jumat.” ucap Ilham Maulana, sebagai Panitia Ramadan Masjid Al-Hikmah UNEJ dan Ketua Umum UKM MUSTIKA, Selasa (28/03).

Untuk mengatasi hambatan ini, Panitia Ramadan Masjid Al-Hikmah UNEJ juga telah mengajukan donasi ke berbagai tempat makan di luar kampus dan juga menerima donasi dari beberapa pegawai dan mahasiswa UNEJ. 
 

Penulis: Lio April Setiawan (LAS)

Editor : Tim Redaksi LPM PRIMA FISIP

Aktivitas Kuliah di Bulan Ramadan, Mahasiswa: Lemah Letih Lesu

Puasa ramadan baru berjalan selama lima hari, tetapi para mahasiswa sudah merasakan lapar dan hausnya ketika berada di kelas. Mahasiswa harus menempuh waktu kuliah yang padat dengan hanya bermodalkan sarapan di kala subuh. Perjuangan-perjuangan ini diharapkan dibayar dengan pahala berlimpah dari Sang Kuasa. 

Menjalani aktivitas kuliah di bulan ramadan tentu berbeda suasananya dengan hari biasa. Apabila setelah kelas kita akan melipir ke kantin untuk mencari sarapan, makan siang, atau hanya sekedar membeli jajanan kantin. Kini kegiatan itu tidak bisa dilakukan. 

Ditemui siang tadi di salah satu ruang kelas Gedung ISDB, mahasiswa berinsial SI terlihat lemas. Tak ada sapaan seperti  biasanya. “Aku tadi sahurnya cuma pake aoka, dan nasi dengan sosis mentega,” jelasnya. Ia juga mengaku sabar menunggu kumandang adzan maghrib ditemani dengan kelas sore dan rintik hujan sekilas. 

Sedangkan menurut mahasiswa lain yang berinisial IK, dia terlihat sama-sama tidak bertenaga. Padahal kelas saja belum dimulai apalagi dosen belum kunjung hadir. “Kalau dibilang capek ya capek sih, kalau kuliah apalagi full kan itu capek banget kalau puasa gini” kata IK memberi penjelasan. Namun, dengan kondisi lelah ini mahasiswa dengan inisial IK harus tetap mendengarkan dosen mengajar. IK menambahkan jawabannya ketika ditanya apakah perutnya sudah keroncongan. “Beh bukan kerasa lagi,” jawabnya.

Melakukan aktivitas kuliah sambil berpuasa memang tidak mudah. Pusing, lelah, perut keroncongan adalah hal yang wajar dirasakan. Dengan adanya puasa bulan ramadan ini sebagai mahasiswa kita harus belajar untuk menahan nafsu dari godaan dan tetap semangat untuk belajar. Jangan jadikan puasa sebagai terhambatnya motivasi untuk belajar

 

Penulis : Syahrina Rojabar Rizqiyah (SRR) 

Editor   : Tim Redaksi LPM PRIMA FISIP 

Kesibukan Dosen Menjadi Alasan Terhambatnya Sosialisasi Akreditasi Internasional

LPM PRIMA, Jember - Terkait progres pengajuan akreditasi Internasional yang dilakukan oleh pihak Jurusan Hubungan Internasional (HI) Universitas Jember, beberapa mahasiswa merasa tidak ada transparansi maupun sosialisasi mengenai update progres yang diberikan dari pihak jurusan kepada mahasiswa.

Pada Jumat (24/3) lalu Tim Pribadi Merdeka Mahasiswa (PRIMA) mewawancarai Ketua Jurusan (Kajur) HI, Ibu Suyani Indriastuti, tentang minimnya sosialisasi progres pengajuan akreditasi Internasional terhadap mahasiswa. Menurutnya, kesibukan dosen menjadi hambatan kurangnya sosialisasi progres akreditasi internasional kepada mahasiswa jurusan HI.

“Yang menjadi kendala sebenarnya masalah kesibukan, saat ini dosen itu tuntutan administratif-nya banyak sekali ya sehingga dosen harus mampu membagi waktu antara kegiatan akreditasi dengan kegiatan laporan-laporan pribadi dan seterusnya.” jelas Ibu Suyani, Jumat (24/3).

Baca Juga Progres Akreditasi Internasional: Borang Self Evaluation Report Telah Dikirim

Selain karena kesibukan para dosen, Ibu Suyani menjelaskan hambatan sosialisasi juga disebabkan karena kerumitan mengurus akreditasi yang menurutnya cukup kompleks.

“Hambatannya itu memang karena waktu ya, artinya namanya akreditasi itu kan kompleks dan melibatkan semua sistem gitu kan yang disini itu harus benar-benar terlibat.” tambahnya, Jumat (24/3).

Bu Suyani berharap pada waktu kedepan bisa memberi sosialisasi terhadap mahasiswa agar para mahasiswa bisa berkontribusi karena porsi penilaian akreditasi internasional terhadap mahasiswa sangat besar.

“Ya sebenarnya si tau gitu kan banyak sekali item dan porsi mahasiswa dalam akreditasi itu sangat besar. Ya mungkin kita nanti suatu saat bisa bahas itu ya bisa sharing ke mahasiswa biar mereka juga ada support gitu.” pungkasnya, Jumat (24/3).

 

Penulis: Ghoffar Machmud (GM)

Editor: Tim Redaksi LPM PRIMA FISIP

Banyak Mahasiswa Tua HI Tak Kunjung Skripsi, Kajur HI: Skripsi Itu Kan Simple, Kenapa Seolah Olah Menjadi Momok

LPM PRIMA, Jember - Hingga saat ini masih banyak mahasiswa semester akhir jurusan Hubungan Internasional (HI) yang belum bisa menyelesaikan skripsi sebagai syarat kelulusan. Ibu Suyani selaku Kajur HI menjelaskan beberapa faktor penyebab  banyak mahasiswa tak kunjung menyelesaikan skripsi. 

“Kalau dari pengamatan kami lamanya dimana, saya tidak sedang berbicara tentang siapa yang menghambat ya tetapi lamanya dimana itu memang di penulisan skripsi … begitu masuk skripsi itu anaknya hilang, kasusnya itu anaknya hilang, ada yang mungkin dosennya sibuk, kompleks ini gitu kan.” jelasnya, Jumat (24/3).

Hingga saat ini banyak mahasiswa HI angkatan 2016 dan 2017 yang belum lulus. 

"Jadi seharusnya sekarang ini Angkatan 2019 dan sebelumnya itu sudah habis di tahun ini. Angkatan 2018 berarti tahun lalu sudah habis, tapi sekarang kenyataannya kan angkatan 2016 masih ada, 2017 masih banyak, 2018 banyak sekali, 2019 bisa dihitung dengan jari yang sudah lulus gitu.” pungkas Bu Suyani, Jumat (24/3).

Baca Juga Terancam Tidak Lolos Pantau FIBAA, Bagaimana Peran Mahasiswa HI

Ibu Suyani menyayangkan mindset mahasiswa yang menganggap skripsi itu sulit.

“Skripsi itu kan simple, kenapa seolah-olah menjadi momok, itu kan konstruksi dari masing-masing saja seolah-olah susah gitu… tapi tergantung. Artinya tidak semua mahasiswa begitu, ada yang sangat aktif, sangat rajin,” tambahnya Jumat (24/3).

Pihak prodi sendiri mengaku sudah mencari berbagai macam terobosan bagi mahasiswa agar tidak merasa keberatan untuk skripsi. 

“Nah kami sebenernya sudah mencoba untuk mencari beberapa terobosan. Salah satu yang kita lakukan di tahun lalu itu kan dengan sempro menghadirkan calon penguji skripsi, harapannya dengan sudah ketemu penguji berarti anak itu akan lebih terarah jadi nanti kalau sidang tidak dipermasalahkan lagi, tetapi itu ada kendala kayak calon pengujinya sibuk akhirnya kita ubah lagi. Sekarang gausah sempro, sempro itu hanya dengan pembimbing saja, ketika mahasiswa sudah approved bisa langsung research mau apa itu sudah boleh gitu kan, hanya saja kita memberlakukan kolokium dan itu tidak akan menghambat karena hanya sebagai mekanisme latihan anak-anak ketika presentasi. Sempat juga kita kepikiran wacana apa kita treat seperti mata kuliah, tapi itu belum masih wacana karena kan kita harus mengikuti pedoman akademik. Terus juga ada wacana apakah menulis jurnal sudah publish itu sudah bisa jadi pengganti skripsi itu juga masih wacana jadi so far memang masih menggunakan sistem yang sekarang.” tuturnya, Jumat (24/3).

Terkait isu skripsi 40 halaman, Bu Suyani menjelaskan bahwa hal tersebut masih dalam tahap pembukuan dan pihak prodi belum menerima panduan terbaru terkait pedoman penulisan skripsi.

“Sebenarnya itu masih dalam tahap pembukuan karena sampai sekarang pihak prodi belum menerima surat panduan, tetapi itu sudah perna dibahas di level rektorat tentang perubahan pedomah penulisan tugas akhir, tapi sampai sekarang kami belum menerima legal formalnya seperti apa kami belum menerima.” pungkasnya, Jumat (24/3).

 

Penulis: Ghoffar Machmud (GM) 

Editor  : Tim Redaksi LPM PRIMA FISIP

Terancam Tidak Lolos Pantau FIBAA, Bagaimana Peran Mahasiswa HI

LPM PRIMA, JEMBER – Saat ini prodi Hubungan Internasional (HI) sedang dalam proses pengajuan akreditasi internasional oleh FIBAA. Bu Suyani Indriastuti, selaku Kajur HI UNEJ mengatakan bahwa HI hampir terancam tidak lolos pantau karena beberapa hal. 

Saat diwawancarai Tim Pribadi Merdeka Mahasiswa, Bu Suyani menjelaskan bahwa ketepatan waktu studi dan keberhasilan masa studi menjadi penyebab jurusan HI hampir terancam tidak lolos pantau FIBAA.

“Banyak sekali ya item penilaian terkait mahasiswa, bahkan sekarang ini kami agak terancam tidak lolos pantau karena persoalan dua hal, yaitu studi tepat waktu dan keberhasilan masa studi. Nah kalau memang mahasiswa mau support Lembaga, selesaikan kuliah itu tepat waktu, berapa lama…4 tahun.” ucapnya, Jumat (24/3).

Kajur HI berharap mahasiswa bisa membantu dan ikut berperan dalam proses pengajuan akreditasi internasional ini dengan cara belajar menulis dan publikasi jurnal. Sehingga tidak hanya dari pihak jurusan saja yang berusaha mewujudkannya. 

“Yang kedua terkait dengan publikasi mahasiswa yang sangat esensial hingga ada kolom penilaian sendiri, karena dulu publikasi mahasiswa tidak dijadikan aspek kriteria penilaian oleh BAN-PT, sehingga apa yang harus dilakukan mahasiswa? Ya mulai belajar menulis, kemudian publikasi di jurnal, seperti tugas dosen ataupun esai yang daripada terbuang percuma, dikembangkan untuk dijadikan jurnal.” lanjutnya, Jumat (24/3).

Bu Suyani juga menanggapi opini mahasiswa yang menganggap bahwa sarana-prasarana masih kurang menunjang dalam mewujudkan keberhasilan akreditasi internasional. 

Jadi kalo keberhasilan saya tidak bisa memprediksi karena belum kejadian, sehingga kalau ditanya probabilitas seperti apa saya tidak bisa memprediksi. Akan tetapi yang jelas sarana-prasarana itu hanya salah satu item penilaian dari sekian banyak yang dinilai. Termasuk kurikulum, prestasi dosen, prestasi mahasiswa, kemudian workload dan seterusnya. Selain itu, sarana-prasarana yang dinilai tidak hanya di FISIP, tetapi Universitas Jember secara keseluruhan. Kalau untuk sarpras itu sendiri saya tidak punya kewenangan untuk menjelaskan karena itu bagiannya fakultas, prodi itu tidak punya kewenangan sama sekali terkait sarpras jadi kalau akan konfirmasi lebih jauh berkaitan dengan sarpras bisa konfirmasi ke fakultas.” tuturnya, Jumat (24/3)

Kajur HI juga mengapresiasi opini mahasiswa terkait sarana-prasarana, namun karena situasi dan kondisi yang kurang mendukung sehingga perlu waktu untuk mencapainya.

Idealnya bagus ya, saya juga mengajukan renov gitu kan, pak rektor pun instruksinya ini harus di renov dalam rangka menghadapi itu. Karena nanti akan ditaruh kamera di titik sarpras yang kita gunakan ketika visitasi nantinya. Ini juga belum direalisasikan tetapi masih dalam proses.” jelasnya, Jumat (24/3).

 

Penulis : Ghoffar Machmud (GM)

Editor : Tim Redaksi LPM PRIMA FISIP

 

Progres Akreditasi Internasional: Borang Self Evaluation Report Telah Dikirim

LPM PRIMA, Jember – Prodi Hubungan Internasional (HI) tengah berupaya untuk meningkatkan akreditasinya menjadi akreditasi internasional dan sudah dalam proses pengajuan ke Foundation for International Business Administration Accreditation (FIBAA). Ibu Suyani Indriastuti selaku Kajur Hubungan Internasional (HI), menjelaskan bahwa pihaknya telah mengirimkan borang self evaluation report ke pihak FIBAA. 

Kajur HI mengatakan bahwa persiapan akreditasi internasional memiliki dua tahapan, yakni pengiriman self evaluation report dan visitasi. 

Persiapannya ada dua tahap, yang pertama pengiriman self evaluation report jadi dokumen akreditasi nasional itu ada borangnya…itu kita kirim kemudian setelah itu akan ada proses visitasi, nah untuk borangnya sudah kita kirim bulan Juni tahun lalu dan dijadwalkan visitasi pada bulan April tanggal 19-21. Jadi memang prosesnya panjang” jelas Bu Suyani, Jumat (24/3).

Walaupun sudah terdapat jadwal visitasi sebagai bentuk tahapan lanjutan, ternyata pihak kajur menjelaskan bahwa ada kendala pada tanggal yang telah ditentukan sehingga terpaksa harus diundur.

Aslinya tanggal 19-21 April (tahap visitasi) tapi itukan karena kita lebaran kan, nah akhirnya dimundurkan di tanggal 8-10 Mei”

Pihak jurusan sendiri juga memaparkan bahwa pihaknya telah melakukan banyak persiapan baik itu dari segi dokumen maupun sarana dan prasarana selagi menunggu jadwal visitasi yang rencananya akan dilaksanakan secara online.

Antara saat kita submit sampe visitasi pasti ada banyak persiapan, ada revisi atau permintaan data tambahan dari pihak FIBAA-nya, seperti data mahasiswa asing, kemudian data aktivitas dosen di luar negerinya itu seperti apa, kemudian ada data buku yang terbaru, dan sebagainya itu kita sudah kirimkan,” tambahnya Jumat (24/3).

Ketika ditanya mengenai hambatan terkait proses pengajuan akreditasi internasional ini, Ibu Suyani selaku kajur mengatakan bahwa kesibukan dari dosen dalam membagi waktu menjadi hambatan minor dalam proses pengajuan ini.

Yang menjadi kendala si sebenarnya kesibukan, saat ini dosen itu tuntutan administrasinya banyak sekali sehingga harus bisa membagi waktu antara kegiatan akreditasi dengan kegiatan laporan pribadi. Jadi dalam proses eksekusi itu kan timingnya harus dibagi, tapi dari sisi support universitas tidak masalah so far…mungkin dari koordinasi harus lebih dikoordinasikan.” tambah Bu Suyani, Jumat (24/3).

 

Penulis : Ghoffar Machmud (GM)

Editor : Tim Redaksi LPM PRIMA FISIP

 

Semua Ruang Kelas di FISIP Direncanakan Akan Gunakan Cardlock

LPM PRIMA, Jember – Untuk mencegah adanya kerusakan sarana-prasarana di dalam kelas yang berbasis listrik, Wakil Dekan II FISIP mengatakan ke depan semua ruang kelas akan menggunakan kunci kartu (cardlock) seperti di hotel. 

Drs. Didik Eko Julianto, M.AB. selaku Wakil Dekan II menjelaskan ke depan ruang kuliah akan menggunakan kunci seperti di hotel. 

Kedepannya lagi, ruang kuliah itu menggunakan kunci seperti kita di hotel. Pakai kartu. Jadi dosen akan mengambil kartunya itu, kemudian semua akan berfungsi, TV berfungsi, AC berfungsi, kemudian lampu. Begitu pula selesai, dicabut semua akan mati, bahkan pintunya terkunci. Jadi nggak ada nanti setelah kuliah mahasiswa jagongan di dalam, iseng-iseng nulisi (meja dan kursi).” jelasnya, Senin (21/03)

Menurut Didik Eko Julianto, alasan penggunaan sistem kunci ini untuk menekan kerusakan sarana-prasarana berbasis listrik. 

Kenapa diberi sistem kunci seperti itu? karena kita analisis AC sering rusak, TV sering rusak. Itu karena setelah kuliah itu masih hidup, nggak ada yang matikan. Sementara petugas pelayanan kelas hanya 1 orang. Kenapa nggak nambah Pak? nambah karyawan tidak boleh. Jadi akan lebih efisien, dengan kunci elektrik bisa menekan kerusakan sarana-prasarana berbasis listrik.” ungkapnya, Senin (21/03)

Baca Juga Ruang 217 FISIP: AC Tanpa Kaca Jendela, Buat Apa

Selain itu, kursi kuliah yang ada di kelas secara bertahap akan diganti yang baru seperti di ruang kelas 107 dan 108.

Kursi kuliah secara bertahap akan diganti yang baru. Tiap tahun diusulkan pengadaan kursi kuliah, tidak boleh satu tahun itu mengusulkan 2 pengadaan yang sama. Jadi sekarang 250, tahun depan 250, terus sampai sepenuhnya terisi. Rencananya semua kelas nanti akan seperti kelas 107 dan 108, itu akan menjadi kelas percontohan.” tuturnya, Senin (21/03)

Wakil Dekan II menyayangkan perilaku mahasiswa yang kerap kali mencoret-coret meja dan kursi yang sudah diganti baru. Padahal menurutnya, pihak fakultas telah berusaha membuat ruangan sebagus dan selengkap mungkin, tetapi di sisi yang lain tidak diimbangi oleh perilaku mahasiswa yang malah mencoret-coret meja dan kursi. 

 

Penulis: Fatimah Alya (FA)

Editor: Tim Redaksi LPM PRIMA FISIP

FISIP Akan Bangun Kamar Mandi Khusus Difabel Akhir Bulan Maret

LPM PRIMA, Jember – Proses pembangunan kamar mandi khusus difabel akan dimulai pada akhir bulan Maret. Hal ini disampaikan oleh Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) yakni Drs. Didik Eko Julianto, M.AB yang memiliki tugas dalam membantu Dekan memimpin pelaksanaan kegiatan di bidang administrasi umum dan perlengkapan, juga keuangan dan kepegawaian.

Didik Eko Julianto menerangkan bahwa pembangunan kamar mandi khusus difabel yang terletak di Gedung D FISIP, akan dimulai pada akhir bulan Maret. 

“Kamar mandi difabel sudah ada proses. Letaknya di antara pasca itu, insha allah bulan ini lah, akhir bulan, atau awal bulan 4 akan dimulai pembangunannya,” tutur Didik Eko Julianto kepada wartawan LPM PRIMA, Senin (21/3)

Baca Juga Fokus Program Kerja FISIP: Triwulan Ketiga Untuk Perawatan

Proses pembangunan ini merupakan bentuk pelaksanaan dari rencana yang telah ada. Karena sebelumnya, Dekan FISIP menjelaskan kepada LPM PRIMA bahwa fakultas telah memiliki perhatian tentang hak penyandang disabilitas di lingkungan kampus harus terpenuhi dari sisi sarana-prasarana.

Jalan itu ya terus kesini kan ada kamar mandi, nah itu nanti rencananya itu dipakai untuk disabilitas. Soal bagaimana design kamar mandi disabilitas saya nggak paham, tapi perhatian tentang itu kita lakukan. Sudah kesini 3 orang perempuan dari Bagian Perencanaan Rektorat, sudah presentasi disini, tinggal pelaksanaannya aja ini sebenarnya.” ungkap Djoko Poernomo, Senin (13/3)

Pihak fakultas telah merancang supaya sarana-prasarana di FISIP menjadi lebih baik, meskipun bangunannya terlihat jadul. Akan tetapi diupayakan mahasiswa bisa nyaman berada di dalamnya. 

 

Penulis: Maulyda Putri Pangesti (MPP)

Editor: Tim Redaksi LPM PRIMA FISIP

Terlihat Kumuh, Kantin FISIP Akan Ditambah Meja dan Kursi

LPM PRIMA, Jember – Area luar kantin FISIP yang dekat dengan lapangan voli akhir-akhir ini menjadi tempat untuk makan dan kongko-kongko mahasiswa. Hal tersebut membuat kantin terlihat kumuh atau kurang rapi, oleh karena itu FISIP akan menambahkan meja dan kursi supaya terlihat rapi dan nyaman. 

Wakil Dekan II mengatakan akan ada penambahan meja dan kursi yang sama persis seperti di dalam kantin FISIP. 

Kantin sekarang kan kelihatan kumuh, kita akan tata itu. Meja yang terlihat kumuh akan kita tambahi, kursi dan meja yang nggak layak itu kita buang, kita ganti sama persis seperti yang di dalam.” ujar Didik Eko Julianto selaku Wakil Dekan II FISIP, Senin (21/03)

Didik Eko Julianto menjelaskan bahwa penambahan meja dan kursi di kantin tidak menggunakan dana, melainkan menggunakan bantuan dari Djarum, sama seperti sebelumnya. 

Nggak pakai dana, memakai bantuan dari Djarum 15 unit. Jadi kita dapat bantuan yang ditengah itu 24 unit seharga Rp50 juta. Ini nanti ada bantuan lagi 15 unit meja kursi ya sama dengan itu.” ujarnya, Senin (21/03)

Baca Juga Fokus Program Kerja FISIP: Triwulan Ketiga Untuk Perawatan

Menurut Wakil Dekan II, meja dan kursi yang baru tersebut nantinya akan diletakkan di sebelah barat kantin yang dekat dengan lapangan voli. Kemudian untuk pemberian atap akan diusulkan pada  tahun berikutnya.

Nanti kita tempatkan di barat antara lapangan voli dengan kantin ke utara sampai mengarah ke timur, jadi di luar. Nah, itu kan terbuka. Nanti fakultas akan memikirkan bagaimana akan diberi (atap). Diusulkan untuk tahun berikutnya. Sifat anggaran, uang negara itu bertahap.” jelasnya, (21/03)

Saat ini, penambahan meja dan kursi itu masih diproses. Untuk itu, mahasiswa bisa menunggu dan terus memantau perkembangannya. 

 

Penulis: Fatimah Alya (FA)

Editor: Tim Redaksi LPM PRIMA FISIP

 

Kontroversi Mahasiswa di Tengah Persiapan Akreditasi Internasional (FIBAA) Prodi HI UNEJ

LPM PRIMA, Jember – Pada awal tahun 2023, prodi Hubungan Internasional Unej tengah mempersiapkan agenda besar yang akan menjadi catatan sejarah baru di Universitas Jember. Agenda tersebut adalah pengajuan Akreditasi Internasional (FIBAA). Namun, dalam persiapan tersebut terdapat kontroversi antar mahasiswa HI. Mahasiswa HI merasa ada ketimpangan antara akreditasi yang diajukan dengan fasilitas yang ada. Selain itu, pihak prodi dirasa kurang terbuka terkait progres dari pengajuan akreditasi internasional ini. 

Tim Pribadi Merdeka Mahasiswa melakukan wawancara dengan beberapa mahasiswa HI. Salah satunya, mahasiswa berinisial R menyampaikan bahwa dirinya masih mempertanyakan terkait sarana-prasarana FISIP dalam mengajukan akreditasi internasional. 

Sebenarnya secara spesifik saya kurang memahami korelasi yang sudah disiapkan oleh tim prodi. Tapi, saya berpikir mengenai fasilitas saja. Apakah sarana dan fasilitas FISIP sudah bisa dikatakan menunjang? Kami sebagai mahasiswa saja masih menganggap sarana dan fasilitas FISIP masih mengenaskan apalagi pihak internasional. Jika dilihat sampai hari ini saja, fasilitas FISIP masih belum ada perubahan sedikitpun padahal kunjungan di bulan depan. Menurut saya, jika mengajukan akreditasi Internasional setidaknya sarana dan prasarana mengalami perubahan 75% dari kondisi saat ini.” ungkap R, Kamis (16/03)

Mahasiswa berinisial P juga menambahkan bahwa pihak prodi kurang terbuka terhadap mahasiswa HI terkait perkembangan akreditasi internasional.

Dalam persiapan akreditasi, prodi saja masih belum transparan mengenai progress dari pengajuan akreditasi tersebut. Hal yang sangat disayangkan, mahasiswa HI sebagai objek kajian tidak mengetahui hal apa saja yang menjadi prosedur dan kriteria penilaian pihak FIBAA. Hal tersebut menyebabkan kurang kepedulian mahasiswa dalam menyambut agenda besar prodi HI ini.” ujar P, Kamis (16/03)

Foundation for International Bussiness Administration Accreditation (FIBAA) sendiri merupakan salah satu diantara agen dari Eropa yang memiliki orientasi internasional yang bergerak di bidang pengembangan kualitas pendidikan tinggi. Lembaga ini memiliki prosedur tertentu untuk memenuhi kualifikasi program pendidikan Internasional sebagai bagian dari akreditasi, sertifikasi, serta evaluasi seluruh penyedia sumber daya pendidikan.

Maka dari itu, mahasiswa HI berharap tim prodi bisa lebih transparan terhadap perkembangan pengajuan akreditasi FIBAA dan mengajak mahasiswa bekerja sama dalam mewujudkan berbagai prosedur yang dilampirkan oleh pihak FIBAA. Mereka juga berharap, tim prodi dapat menggunakan media sosial yang ada seperti instagram untuk mengabarkan progresnya, supaya mahasiswa juga siap untuk memenuhi kualifikasi sesuai dengan prosedur.

Baca Juga Kesibukan Dosen Menjadi Alasan Terhambatnya Sosialisasi Akreditasi Internasional

 

Penulis: ADR

Editor: Tim Redaksi LPM PRIMA FISIP