FISIP-Prima, Advokasi lanjutan dalam fokus mendampingi petani Puger tolak relokasi saluran irigasi pada tanggal 18 Oktober 2020, kini berlanjut dengan program lanjutan Pembuatan Pupuk Organik. Program ini merupakan salah satu langkah pendampingan petani puger untuk meringankan beban petani, salah satunya persoalan ketergantungan dan kelangkaan pupuk. Beberapa elemen yang terlibat yaitu mahasiswa dari PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) Jember dan IDF (Institute Dialektika Filantropi), dan Kelompok Tani Puger.
Mochammad Nicko Agung sebagai penanggung jawab acara menerangkan bahwa hal ini merupakan sebuah model resistensi petani dalam kaitannya dengan budidaya pertanian. Sehingga dengan ini dapat tercapainya petani berdaulat secara mandiri, khususnya dalam permasalahan pupuk.
“Sebagai bentuk kaya model perlawanan baru lah, ketika kita ngomong masalah perlawanan kemarin. kita menolak saluran irigasi yang direlokasi, di pindah, itukan opsi opsi untuk petani sendiri kan, masalah pertaniannya itu agak di hiaraukan atau berkurang lah masalah produksinya, ya jadi itu kita menyelipkan satu program yang itu bisa sekiranya untuk mengurangi beban petani dalam masalah budidaya pertanian”
Program acara berlangsung mulai dari sosialiasi kepada petani mengingat betapa pentingnya membuat pupuk organik secara mandiri, lalu dilanjutkan dengan praktek pembuatan pupuk organik oleh petani. Langkah akhir yaitu pembentukan kelompok petani yang dinamakan LDR (Lingkar Daulat Rakyat), sehingga dalam proyeksinya petani bisa mandiri.
“Kalo harapannya lagi lagi ya petani itu berdaulat, berdaulat itu banyak jenisnya, ada berdaulat benih, daulat pupuk, daulat tanah, daulat harga sama daulat pasar, kita orientasinya ke itu, aaplagi sampe bisa daulat pasar, petani bisa menentukan harganya sendiri di pasaran yang itu orientasinya ke membuat prodak sendiri, seperti itu” ungkap Nicko.
Berdasar pengalaman petani puger sendiri hal ini merupakan pendampingan yang sangat membantu dalam meringankan petani puger, karena selain dengan persoalan relokasi saluran irigasi, persoalan budidaya tani juga merupakan problem penting menyangkut kesejahteraan tani. Bapak Sugianto selaku penasehat LDR yang ditunjuk menuturkan bahwa hal semacam ini belum ada pendampingan dari pemerintah.
“Selama ini kita tidak pernah tersentuh itu dari pemerintah, tidak ada pelatihan seperti itu.”
Ia juga menuturkan bahwa dengan pembuatan kelompok LDR secara terstruktur ini menjadi harapan bisa terlanjut program-program serupa.
“ Tadi sudah juga dibuat, istilahnya komunitasnya untuk mengeratkan kelompok ini kedepannya biar tertata dengan baik, beberapa struktur, program-program apa nanti yang akan dilaksanakan”
Dapat diketahui sebelumnya elemen-elemen yang tergabung dengan aksi penolakan relokasi irigasi, melakukan aksi unjuk rasa kepada Pemerintah Daerah, tetapi sampai saat ini tidak ada tindak lanjut yang dilakukan oleh bupati.
Penulis : Priyo Labda Yusuf